REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian (Kementan), Syukur Iwantoro, mengatakan pasokan daging sapi nasional tahun 2014 mencukupi, asalkan persoalan transportasi dari sentra produksi ke sentra pasar dibenahi.
"Kebutuhan daging sapi tahun 2014 diperkirakan 575 ribu ton, sedangkan potensi sapi lokal sebanyak 542 ribu ton atau 93 persen dari kebutuhan," katanya di Jakarta, Kamis (26/12).
Ia mengatakan dengan jumlah potensi sapi lokal sebanyak itu sebenarnya sudah dapat memenuhi kebutuhan, namun lokasi sentra produksi tersebar sehingga masih membutuhkan fasilitas transportasi dan pelabuhan yang memadai. "Sentra produksi sapi yang terbesar di antaranya NTT, NTB, Sulsel, dan Jatim, sedangkan sentra pasar terbesar berada di Banten, Jakarta, Jawa Barat, sedangkan untuk daerah lain relatif tidak terlalu besar," papar Syukur.
Ia mengatakan untuk mengangkut sapi ke sentra pasar perlu sarana transportasi dan fasilitas bongkar muat yang memadai sehingga potensi stok sapi yang tersedia agar dapat terdistribusi dengan baik. Menurut Syukur, kalau melihat stok sapi sebenarnya tidak perlu khawatir akan kekurangan sepanjang distribusi dari sentra produksi ke sentra pasar dapat berjalan efisien.
Ia mengatakan seharusnya transportasi kapal dapat memenuhi syarat kesejahteraan hewan ternak sehingga bobotnya ketika sampai di sentra pasar tidak berkurang atau bahkan justru bertambah.
Syukur mengatakan, data di 2013, 30 persen sapi mengalami penurunan bobot badan dan 8-10 persen cacat atau bahkan mati. Akibat transportasi pengiriman yang tidak memenuhi syarat tersebut membuat potensi daging lokal efektif yang tersedia menjadi sekitar 463 ribu ton (81 persen dari kebutuhan).
Menurut Syukur, sebenarnya dengan stok sapi nasional seperti saat ini tidak perlu impor dari negara tetangga sepanjang persoalan distribusi dari sentra produksi ke sentra pasar dapat terjamin. Persoalannya untuk masalah transportasi, pelabuhan angkut, dan pelabuhan bongkar muat bukan menjadi tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) kementerian pertanian, tetapi berada di wilayah instansi lain.
Syukur mengatakan, kendala distribusi juga dapat dilihat dari harga sapi di sentra produksi dengan sentra pasar yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. "Misalnya harga sapi di sentra produksi NTT/NTB berkisar Rp 24.000, sedangkan di Jakarta harganya sudah mencapai Rp 40.000 atau memiliki perbedaan 60 persen, padahal idealnya tidak boleh lebih dari 20 persen."