REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Humas Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Bambang Wahyudi membenarkan satu orang utan yang menjadi koleksi di kebun binatang itu mati terjerat. Orangutan kalimantan betina bernama Vulkani itu tewas terlilit rantai untuk berayun di kandang pada 30 November silam.
"Kejadian itu murni kecelakaan," kata Wahyudi kepada Republika, Jumat (20/12).
Di hari kejadian Vulkani sedang bermain seperti biasa di enclosure (kandang peraga). Hanya saja, saat itu Vulkani memang terlihat lebih aktif dari biasanya.
Sekitar pukul 14.30 WIB, perawat Vulkani terkejut saat melihat leher Vulkali terlilit rantai. Induk Vulkani, Tasya (23 tahun), mencoba melepaskan jeratan rantai di leher anaknya. Malang, usaha Tasya menarik rantai malah mengencangkan ikatan di leher Vulkani.
Perawat, tim medis dan kurator yang datang ke lokasi tidak bisa langsung masuk karena mereka harus menjauhkan Tasya dari Vulkani terlebih dahulu. Setelah Tasya masuk kandang, perawat, tim medis dan kurator baru bisa melepaskan jeratan rantai. Namun, Vulkani sudah kehabisan napas.
Setelah kejadian pihak TMR segera melakukan pemeriksaan ke Departemen Pathologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Hasilnya, Vulkani disimpulkan mati akibat trauma fisik akibat jeratan di leher. Akibatnya, terjadi sumbatan jalan napas sehingga udara dari paru-paru tidak dapat dikeluarkan.
Kesimpulan pemeriksaan menyatakan Vulkani mati akibat difus dan hypoxia paru-paru. Cadaver (jasad) Vulkani lalu di kubur di TMR.
Wahyudi menolak menyangkutpautkannya dengan persoalan lain. Saat kejadian Wahyudi mengatakan perawat Vulkani, Sunarto dan Ade, berada di lokasi.
Pascakejadian, rantai dan tali-tali menjuntai dicabut. Sementara tali-tali untuk bergelantungan tetap dipertahankan.