Jumat 20 Dec 2013 20:26 WIB

SBY Bicara Soal Revolusi Hijau

Rep: Esthi Maharani/ Red: Joko Sadewo
Lahan pertanian kedelai
Foto: rri.co.id
Lahan pertanian kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna memenuhi peningkatan produktivitas pertanian Dunia memerlukan investasi di sektor pertanian yang sangat tinggi. Konsep pembangunan sektor pertanian berkelanjutan bisa menjadi koreksi atas kelemahan revolusi hijau.

“Strategi intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang dikombinasikan dengan diversifikasi sumber energi, juga sedang banyak dilakukan saat ini. Demikian pula, kegiatan Riset dan Pengembangan perlu secara massif terus ditingkatkan, baik di negara maju maupun negara berkembang,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jumat (20/12).

Koreksi dan langkah perbaikan tentang konsep pembangunan sektor pertanian, perlu dilakukan. Ia juga mengatakan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan harus menjadi koreksi terhadap kelemahan yang terdapat pada Revolusi Hijau.

“Komponen Revolusi Hijau yang mampu tingkatkan produktivitas hendaknya dipertahankan dan terus dikembangkan. Namun, dampak buruk terhadap keberlanjutan sumber daya alam dan kerusakan ekosistem harus dapat dicegah,” katanya.

Pembangunan pertanian berkelanjutan juga harus terus memperhatikan kondisi sosial-budaya serta adat-istiadat masyarakat setempat. Rumusannya, menurut SBY, sangat sederhana, yakni kemampuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanpa mencabut akar budaya masyarakat lokal.

“Pembangunan pertanian berkelanjutan juga tentu perlu mengikuti dinamika kondisi internasional dan domestik. Saya optimis, melalui tekad kita bersama baik di tingkat global maupun nasional, pembangunan pertanian berkelanjutan akan menjadi solusi bagi tercukupinya kebutuhan pangan dunia, pengentasan kemiskinan dan penghentian kelaparan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement