REPUBLIKA.CO.ID,SAMARAINDA--Berdasarkan hasil survei Direktorat Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, 24 persen pelajar SMP dan siswa SMA di Samarinda, Kalimantan Timur, diketahui merokok.
Survei melalui jajak pendapat siswa sekolah menengah terhadap Larangan Iklan dan Sponsor Rokok dari Kementrian Kesehatan bekerjasama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menunjukan 24 persen pelajar di Samarinda mengakui pernah mencoba rokok.
Salah seorang tim Survei dari Direktorat Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI dr Fahrina Dayan, di Samarinda, mengungkapkan selain Samarinda, survei itu juga dilakukan di empat kota lain di Indonesia yakni, Manado, Palembang, Jogjakarta dan Denpasar.
Khusus Samarinda, mereka melakukan survei sejak September 2013 lalu dengan dibantu tim Dinas Kesehatan Kota Samarinda.
"Survei ini dilakukan pada delapan sekolah tingkat SMP dan delapan SMA dengan melibatkan 320 pelajar," kata Fahrina Dayan.
Ada beberapa indikator yang diambil dalam survei tersebut kata dia diantaranya, data grafis prosentase yang mengungkapkan usia pertama merokok, alasan merokok dan prosentase tanggapan terhadap bahaya rokok bagi kesehatan.
Di Samarinda, rata-rata pelajar mengaku memilih rokok karena pengaruh harga dan iklan, namun 61 persen pelajar di kota ini menyetujui larangan merokok dari pemerintah dan angka ini berbeda dengan pelajar di Palembang yang menyatakan hal sama 76 persen, di Manado 74 persen, Jogjakarta 72 persen dan terendah di Denpasar 55 persen.
Direktorat Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI akan memberikan rekomendasi agar pemerintah kota segera mengimplementasikan peraturan pelarangan merokok, baik di lingkungan perkantoran, tempat umum maupun di lingkungan keluarga.
"Selain itu juga akan diatur bentuk iklan dan sponsor rokok yang dapat memancing para pelajar untuk mencoba. Langkah ini sebagai upaya untuk menekan angka kematian yang tinggi akibat rokok mengingat Indonesia merupakan negara terbesar ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India," demikian Fahrina Dayan.