REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan, dulu Gus Dur untuk masuk ke UGM itu susah sekali. Sebab NU maupun Gus Dur dianggap kurang modern.
"Forum ilmiah tidak ada yang tertarik mengundang Gus Dur. Dosen-dosen UGM tidak tertarik pada Gus Dur," kata Muhaimin dalam Haul Gus Dur 2013 di Jakarta, Ahad, (15/12).
Namun, ujar Muhaimin, ia yang saat itu menjadi aktivis mahasiswa bertekad mendatangkan Gus Dur ke UGM. "Kala itu orang-orang belum tahu kalau Gus Dur ide-idenya brilian, saat saya datangkan Gus Dur ke UGM, NU gempar sebab Gus Dur akhirnya bisa masuk kampus paling modern UGM," ujarnya.
Sejak saat itu, kata Muhaimin, Gus Dur mulai diakui sebagai pemikir modern, apalagi dia menyerukan demokrasi. Namun saat mempromosikan demokrasi banyak kiai yang menentang.
Saat itu, terang Muhaimin, yang diunggulkan pembangunan bukan Demokrasi. Bahkan Gus Dur dinilai antek Zionis karena menyerukan demokrasi. Namun, kata Muhaimin, akhirnya Gus Dur bisa menerangkan ke ke para kiai soal demokrasi. Dalam demokrasi rakyat bisa berekspresi, punya hak bersuara akhirnya para kiai menerima dan forum demokrasi berkembang luas.
Demokrasi, terang Muhaimin, memberikan kebebasan, kemerdekaan berekpresi, berkumpul, berdiskusi. Maka lahirkah manusia-manusia cemerlang, cerdas, tidak tertekan, dan mandiri.
Gus Dur, ujar Muhaimin, sebagai pemimpin Islam yang diterima banyak kalangan. Semua golongan terutama di Papua sangat menghormati Gus Dur bahkan dia mendapat penghormatan luar biasa, di atas para kepala suku.
Kebesaran Gus Dur, kata Muhaimin, menjadi pemimpin yang luar biasa. Ia membebaskan rakyat Indonesia untuk berdiskusi, berbeda dengan kepemimpinan Soeharto di mana lima hingga enam orang berdiskusi dicurigai, ditangkap polisi dinilai subversif.