Ahad 08 Dec 2013 19:09 WIB

Akademisi: Indonesia Dicekoki untuk Memilih Pemimpin 'Salon'

Parpol/ilustrasi
Foto: antara
Parpol/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia membutuhkan "problem solving leader" atau pemimpin yang mampu membawa bangsa ini keluar dari persoalan besar yang dihadapi selama ini, kata Rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Edy Suandi Hamid.

"Kita membutuhkan pemimpin yang mampu menjawab persoalan besar bangsa seperti kemiskinan, pengangguran, ketidakmerataan, dan penegakan hukum. Hal itu membutuhkan tokoh yang teruji, kuat, berani, jujur, dan sudah terbukti dari rekam jejaknya," katanya dalam rilis yang diterima Antara di Yogyakarta, Sabtu.

Di hadapan anggota Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Permias) Cabang Hawaii dan Ikatan Warga Indonesia (IWI) Hawaii di University Hawaii at Manoa (UHM), Honolulu, ia mengatakan tidak mungkin tokoh seperti itu tidak ditemukan dari 240 juta rakyat Indonesia.

"Bayangkan, Singapura yang kecil hanya butuh satu sosok seperti Lee Kuan Yew untuk membuat negeri singa itu bisa besar seperti sekarang. Malaysia juga hanya butuh seorang Mahathir Mohamad," kata Edy yang juga Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi).

Namun, kata dia, saat ini rakyat Indonesia seakan dicekoki media untuk memilih pemimpin "salon", yakni figur yang dipoles, penuh pencitraan, dan dibangun kehebatannya dengan kata-kata, bukan dengan fakta.

Berkaitan dengan hal itu, para mahasiswa Indonesia yang berada di Amerika Serikat diharapkan tidak sekadar belajar, tetapi juga ikut memikirkan persoalan besar bangsa termasuk memberikan pemikiran terkait pergantian pemimpinan nasional yang akan berlangsung tahun depan.

Menurut dia, meskipun para mahasiswa dan warga Indonesia di Hawaii sudah berada pada "comfort zone", harus tetap memikirkan keadaan bangsa. Jangan sampai sudah nyaman di negeri orang sampai lupa dengan persoalan yang dihadapi bangsa sendiri.

"Para mahasiswa tidak perlu takut dicap politik praktis kalau bicara kriteria kepemimpinan nasional. Namun, memang jangan harus langsung merujuk pada figur tertentu," kata mantan Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement