Jumat 06 Dec 2013 16:47 WIB

Pakar: Mandela Rujukan Negara Lain Atasi Krisis

Nelson Mandela saat diabadikan pada tahun 2005.
Foto: EPA/Kim Ludbrokk
Nelson Mandela saat diabadikan pada tahun 2005.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepemimpinan mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela dapat menjadi rujukan bagi negara-negara lain dalam menyelesaikan krisis yang terjadi di berbagai wilayah, kata seorang pakar masalah hubungan internasional.

"Rujukan itu adalah soal kepeduliannya dalam melibatkan masyarakat untuk merancang masa depan negara, serta kepedulian mendengarkan aspirasi lapisan masyarakat kemudian membahasnya bersama-sama," kata Direktur Eksekutif Indonesia Centre for Democracy, Diplomacy and Defence, Teuku Rezasyah di Jakarta, Jumat (6/12).

Mandela, presiden kulit hitam pertama dan memimpin pada 1994-1999, menggelorakan semangat perlawanan bersenjata terhadap sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih (apartheid) di Afrika Selatan pada sekitar 1960. Namun, ketika kelompok minoritas kulit putih mulai kehilangan pengaruhnya pada 30 tahun kemudian, Mandela lebih memilih upaya rekonsiliasi.

"Dia menjadikan dirinya figur yang objektif kala terjadi perbedaan kepentingan di negaranya," ujar Rezasyah yang juga pengajar ilmu hubungan internasional Universitas Padjadjaran.

Mandela, katanya, sempat dipenjara selama 27 tahun karena perlawanannya. Namun dia mampu bangkit dan memimpin Afrika Selatan menuju gerbang demokrasi melalui jalan berliku. "Dia membuktikan jika dia juga memiliki bekal intelektual dan kepemimpinan yang sangat teruji."

Bagi berbagai pemerintahan di dunia, wafatnya Mandela akan meninggalkan kesedihan yang mendalam. Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault menyerukan pengibaran bendera setengah tiang kepada masyarakatnya untuk menghormati peraih Nobel Perdamaian tahun 1993 itu.

"Prancis bergabung dalam suasana duka ini, berdiri bersama-sama dengan rakyat Afrika Selatan yang hari ini menangis karena kehilangan sosok hebat. Mandela menjadi simbol bagi "kemanusiaan", kata PM Ayrault.

Nelson Mandela meninggal dunia di kediamannya di Johannesburg, Afsel, pada Kamis (5/12) waktu setempat, setelah sebelumnya mengalami sakit infeksi paru-paru. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyebut pendahulunya itu sebagai sebagai tokoh yang mampu bangkit dari masa tahanan 27 tahun di penjara dan memimpin Afrika Selatan dalam perang berdarah menuju demokrasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement