REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengancamakan mengoperasikan sendiri jalur Transjakarta Koridor 5 Kampung Melayu-Ancol dan Koridor 7 Kampung Melayu-Kampung Rambutan. Ini menyusul aksi mogok operasi Transjakarta di dua koridor tersebut.
"Kita mau beli bus sendiri, kita operasikan sendiri ke depannya. Jadi kita tidak lagi disandera oleh operator mana pun," kata Ahok di Balaikota, Jumat (6/12).
Saat ini, katanya, pemprov tidak bisa berbuat banyak meski banyak operator Bus Transjakarta yang nakal. Karena nyatanya armada Bus Transjakarta masih sangat sedikit.
Saat ini pemprov sudah menonaktifkan 100-an armada yang tidak laik jalan. "Kita sudah grounded ratusan mobil sebetulnya yang tidak layak. Kalau kita mau tegasin bisa 100-an mobil, tapi masalahnya sampai sembilan tahun sejarah busway jumlahnya hanya 579 unit. Yang benar-benar bagus tinggal 460-an saja. Kalau kita mau tegaskan lagi jumlahnya bisa 300-an. Bayangkan harusnya 1.300 unit, tapi kita hanya punya 579," kata Ahok.
Namun, ujarnya, Pemprov DKI tidak akan melakukan pemanggilan terhadap operator nakal. Meski pun mereka diduga tidak membayar gaji awak Bus Transjakarta selama dua bulan.
"Kalau perusahaannya terus nakal seperti itu kami terpaksa mengambil alih. Sebab kami bukan pengusaha, kami punya BUMD juga kan. Kami punya uang punya kekuasaan, kalau Anda tidak mau lakukan yang lebih baik kami akan ambil alih. Karena kita tidak bisa mentolerir kepentingan umum disandera," kata Ahok.
Ia memaparkan, kalau ada ketidakpuasan, seharusnya awak bus Transjakarta menyampaikan lewat diskusi. Alih-alih mengganggu kepentingan publik.
"Karena kita tidak bisa mentolerir kepentingan umum disandera dengan situasi Anda tidak puas. Anda bisa duduk ngomong kan untuk nunjukin ada operator yang tidak beres. Nanti kalau bus datang silakan loncat saja kerja sama kita," kata Ahok.