REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di Musim hujan ini masyarakat di wilayah DIY diimbau untuk mewaspadai berbagai penyakit di musim hujan, di antaranya Demam Berdarah (DB), Leptospirosis, diare dan penyakit kulit.
Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan DIY Arida Oetami dalam jumpa pers, di Yogyakarta, Kamis (5/12).
"Di musim hujan seperti sekarang yang masih ada panas, selalu ada genangan air terutama di talang rumah yang sering menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah," katanya.
Pada musim hujan dengan curah hujan tinggi biasanya kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira (penyebab penyakit leptospirosis) terbawa air hujan tersebut.
Oleh sebab itu bagi masyarakat yang sehari-hari kontak dengan air seperti petani apabila mengalami luka harus ditutup lukanya.
Sebab apabila luka terbuka dan kontak dengan air yang tercemar air kencing tikus yang mengandung leptospira bisa terkena penyakit leptospirosis.
Lebih lanjut, Arida mengatakan di musim hujan biasanya juga sering muncul penyakit diare terutama di daerah yang lingkungannya kotor.
Di samping itu, ia menambahkan, penyakit kulit juga sering muncul di musim hujan karena lembab sehingga jamur mudah tumbuh. Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan.
Apabila ada Demam Berdarah di wilayahnya, permintaan fogging tidak direkomendasikan apabila tidak memenuhi persyaratan WHO (Badan Kesehatan Dunia).
Persyaratannya antara lain: angka bebas jentik di bawah 95 persen, yang dilakukan fogging hanya radius 10-20 meter dari lokasi kasus DB, ada sumber penularan serta dilakukan Penelitian Epidemiologi oleh Puskesmas.
Fogging hanya efektif sekitar lima sampai enam jam. Sehingga bila di lokasi fogging masih ada telur dan jentik-jentik nyamuk masih akan tetap hidup.
Jadi, kata Arida, yang lebih efektif dilakukan adalah dilakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3 M (Menguras baik air secara berkala, Mengubur barang yang berpotensi sebagai tadah air hujan dan Menutup tempat penampungan air).
Sementara itu Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan Daryanto Chadorie mengatakan kasus DB tahun ini ada 2.912 kasus dengan 15 kematian.
Apabila dirinci jumlah kasus DBD per kabupaten/ kota di tahun ini adalah: Kabupaten Bantul 992 kasus dengan delapan kematian; Kota Yogyakarta sebanyak 849 kasus dengan empat kematian; Kabupaten Sleman 662 kasus dengan dua kematian; Kabupaten Gunungkidul 302 kasus dengan satu kematian dan Kabupaten Kulonprogo 104 kasus dan tidak ada kematian.