REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Para petani garam di Sumenep, Madura, Jawa Timur (Jatim) mengeluhkan harga komoditi garam yang anjlok dan minimnya infrastruktur.
Petani Garam di Sumenep Rusdihanto mengatakan, harga garam konsumsi yang ditetapkan pada 2012 adalah Rp 750 per kilogram (kg). "Tetapi kenyataannya harganya tidak sampai Rp 500 per kg," katanya saat berdialog dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di sela-sela peninjauannya di PT Garam (Persero) di Sumenep, Kamis (5/12).
Ia mengakui, semenjak diterapkan teknologi geo-membran, harga garam memang meningkat menjadi Rp 500-Rp 600 per kg. Namun demikian, harga itu dinilainya masih rendah.
"Untuk itu kami memberikan masukan dan permohonan memperjuangkan harga garam yang amburadul," ujarnya.
Selain harga garam, ia juga mengeluhkan minimnya infrastruktur, dan pengerukan muara yang dangkal.
Menanggapi keluhan petani garam, SBY mengatakan produksi garam tahun ini memang lebih banyak daripada kebutuhan garam.
"Dalam hukum ekonomi, jika produksi berlebih dan konsumsi tetap maka harga cenderung turun. Namun demikian ada batas kepatutan agar petani mendapatkan harga yang layak," tuturnya.
SBY menegaskan, pihaknya akan mengundang seluruh pihak terkait, baik Menteri, Gubernur, dan PT Garam untuk menentukan harga garam terbaik. Sehingga petani garam dapat memiliki penghasilan yang layak dan semakin baik ke depannya.
Terkait minimnya infrastruktur dan pengerukan muara yang dangkal, SBY mengungkapkan pihaknya akan segera menindaklanjuti permasalahan tersebut melalui Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto.
"Saya akan meminta Menteri PU untuk meninjau lokasinya, kemudian lokasi-lokasi yang perlu dikeruk dan infrastruktur mana yang perlu diperbaiki akan dijadikan program kami ke depan. Kami ingin meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus membangun pegaraman lebih maju lagi," ucapnya.