REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil mengidentifikasi tujuh korban kecelakaan kapal Akau Jaya Sembilan di Pantai Ngrenehan, Gunung Kidul dua bulan lalu.
Mayat ketujuh korban telah dikembalikan kepada pihak keluarga, sementara dua korban lain dinyatakan hilang.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda DIY, AKBP, Didiet Setioboedi mengatakan korban ditemukan secara bertahap di sepanjang pesisir pantai Ngrenehan-Baron Kabupaten Gunungkidul. Mayat nahkoda kapal, Sutaryo asal Cirebon pertama kali ditemukan pada 10 Oktober lalu.
"Identifikasi butuh waktu lama terutama karena pencocokan DNA," ujarnya di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Selasa (3/12).
Selain nahkoda, korban lain yang berhasil diidentifikasi adalah Riyatno sebagai Mualim I dan Yanto Anak Buah Kapal (ABK). Keduanya berasal dari Cirebon. Korban lainnya adalah Hendrik, ABK kapal asal Manado, Johan Taca Hatu dari Ambon, Karel Maulany dari Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Alexander dari NTT.
Kapal Akau Jaya Sembilan diduga mengalami mati mesin saat cuaca buruk di Pantai Ngrenehan Gunungkidul 10 Oktober 2013. Berdasarkan penelusuran data kepolisian, kapal yang berlayar dari Cilacap tersebut membawa sembilan awak. Dalam pencarian tim SAR selama tujuh hari ditemukan tujuh korban yang kemudian dibawa ke RSUP Dr Sardjito untuk identifikasi.
Kepala Kepolisian Resort Gunungkidul, AKBP Farid Zulkarnaen mengatakan insiden yang menewaskan sembilan awak kapal tersebut murni kecelakaan. Saksi mata yang dimintai keterangan polisi menyatakan kapal sempat terombang-ambing sebelum menabrak karang. Namun, pihak SAR tidak berani menyelamatkan kapal tersebut karena cuaca buruk dan ombak tinggi.
Dari keterangan yang dihimpun Polres Gunungkidul, kapal mengalami kerusakan mesin sehingga menjatuhkan jangkar sekitar 50 meter dari bibir tebing. Ombak besar dari arah selatan kemudian memutus tali jangkar dan kapal menghantam karang. Korban diduga melompat ke laut namun tidak dapat menyelamatkan diri.