REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penurunan jumlah profesi petani di Provinsi DI Yogyakarta (DIY) dalam kurun 10 terakhir cukup signifikan. Berdasarkan data hasil sensus pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) DIY 2013, jumlah penurunan petani di daerah ini mencapai 79,14 juta keluarga dalam kurun 10 tahun terakhir.
Kabid Statistik Produksi BPS DIY, Muh Lousepa mengatakan, sensus pertanian dilakukan oleh lembaganya setiap 10 tahun sekali. Berdasarkan hasil sensus 2013 diketahui, jumlah rumah tangga usaha pertanian di DIY mencapai 495,8 ribu rumah tangga. Sedangkan pada 2003 lalu jumlah tersebut mencapai 574,9 ribu rumah tangga. "Berarti ada penurunan sekitar 1,38 persen setiap tahunnya," ujarnya dalam paparan pers BPS DIY, Senin (2/12).
Secara absolut kata dia, penurunan terbesar terjadi di subsektor holtikultura sebesar 74,9 ribu rumah tangga dan penurunan terendah di subsektor jasa pertanian yaitu 9,8 ribu rumah tangga. Sementara itu berdasarkan sensus tersebut, jumlah petani gurem (yang punya lahan di bawah 0,5 hektare) di DIY pada 2013 ini mencapai 495,4 ribu rumah tangga. Jumlah ini menurun juga dari 2003 lalu yang mencapai 479,8 ribu rumah tangga.
Dari jumlah itu kata dia, terbanyak di Kabupaten Gunungkidul sebesar 166,7 ribu rumah tangga, disusul Kabupaten Bantul sebesar 127,8 ribu rumah tangga. Kemudian Kabupaten Sleman sebesar 110,3 ribu rumah tangga, Kabupaten Kulonprogo 88,6 ribu rumah tangga serta Kota Yogyakarta hanya 2,5 ribu rumah tangga.
Hasil sensus pertanian ini juga menunjukan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga petani mengalami peningkatan. Jika pada 2003 rata-rata satu rumah tangga memiliki 1.681 meter persegi lahan, pada 2013 ini naik menjadi 2.682 meter persegi.
Rata-rata penguasaan lahan pertanian terbesar ada di Kabupaten Gunungkidul 3.869 meter persegi dan terkecil di Kota Yogyakarta seluas 600 meter persegi. Dari jumlah petani di DIY pada 2013 ini diketahui bahwa kelompok umur 45-54 tahun. Ini berarti kelompok usia prroduktif mendominasi jumlah petani DIY. "Ini artinya ada indikasi petani sekarang lebih makmur dari sepuluh tahun lalu," ujar Kepala BPS DIY, Wien Kusdiyatmono.