REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jejak politik aliran berupa orientasi agama pada pilihan politik masih ada. Hal tersebut terungkap dalam hasil Survei Nasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS) November.
"Tingkat dukungan terhadap beberapa partai Islam menunjukkan kenaikan secara konsisten meskipun masih kecil. Itu terlihat pada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)," kata Kepala Departemen Politik dan Hubungan International CSIS, Phillips J Vermonte, dalam paparan survei berjudul 'Tanda-tanda Berakhirnya Oligarki Elit Partai' di Jakarta, Ahad (1/12).
CSIS melakukan surveinya dengan metode wawancara langsung tatap muka di 33 provinsi pada 13 November hingga 20 November dengan 1180 responden dan margin of error sebesar 2,85 persen. Survei Nasional CSIS pada Juli 2012 menunjukkan 2,8 persen responden memilih PKB, sedangkan 2,2 persen responden memilih PKS. Kemudian dalam survei pada November 2013, sebanyak 4,6 persen responden memilih PKB dan 3,3 persen responden memilih PKS.
"Artinya, dua partai Islam ini terus melakukan kerja elektoral yang serius di tingkat bawah. PKB dan PKS sebenarnya menjadi contoh baik bagaimana partai yang tidak memiliki figur, tokoh, atau media tetap mengandalkan kerja elektoral di masyarakat dengan mesin partai," kata Philips.
CSIS kemudian melakukan metode crosstabulasi sederhana dengan mengaitkan pertanyaan keberadaan rumah ibadah agama lain di lingkungan responden terhadap pilihan partai responden, apakah partai Islam atau partai nasionalis. "Hasilnya, pemilih partai-partai 'nasionalis' lebih toleran. Sedangkan pemilih partai-partai Islam cenderung menyatakan keberatan atau lebih baik tidak ada rumah ibadah agama lain di lingkungan mereka," kata Phillips.
Terkait loyalitas pemilih pada satu partai tertentu, survei CSIS pada November itu menunjukkan Partai Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Partai Golkar menjadi partai yang memiliki pemilih loyal. Pemilih loyal pada Gerindra sebanyak 88,5 persen responden, pada PDIP sebanyak 74,6 persen responden, dan pada Golkar sebanyak 61,2 persen responden.
Sementara, Partai Demokrat cenderung ditinggalkan pemilihnya dengan 20,1 persen responden yang telah memilih Partai Demokrat pada Pemilu 2009 akan kembali memilih partai itu pada Pemilu 2014.