Sabtu 30 Nov 2013 09:18 WIB

Hubungan dengan Australia Menegang, RI Harus Lakukan Ini

Bendera Australia dan Indonesia. Ilustrasi.
Foto: brecorder.com
Bendera Australia dan Indonesia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengamat ekonomi Bali Gede Sudibia menyatakan Indonesia hendaknya mampu menahan diri dalam menghadapi situasi tegang hubungan diplomatik Indonesia-Australia akibat dipicu penyadapan telepon Presiden SBY oleh intelijen Negeri Kanguru.

"Indonesia harus berpikir jangka panjang untuk berbagai kepentingan dengan Australia sebagai negara yang saling bertetangga," kata Gede Sudibia yang juga konsultan manajemen ekonomi di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, meskipun Indonesia harus menahan diri, pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia hendaknya mampu melakukan pendekatan lebih intensif untuk mencairkan hubungan diplomatik kedua negara.

Hal itu penting untuk merehabilitasi hubungan diplomatik Indonesia-Australia meskipun aktivitas sesama masyarakat kedua negara selama ini umumnya tidak terpengaruh. "Dalam jangka pendek, situasi tegang itu tidak masalah. Namun, tidak boleh dibiarkan berkepanjangan," ujar Gede Sudibia.

Ia mengingatkan Indonesia maupun Australia sama-sama dituntut untuk mampu mengelola ketegangan itu sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap kepentingan kedua negara.

Hal itu penting dilakukan sambil meningkatkan posisi tawar Indonesia terhadap Australia. Posisi tawar itu, antara lain menyangkut ketahanan pangan dalam negeri sehingga tidak terlalu tergantung pada negara lain, khususnya Australia.

Jika Indonesia masih tergantung pada sapi impor dari Australia, menurut dia, untuk meningkatkan posisi daya tawar itu masih sulit dilakukan. Paradigma baru dalam perubahan harus mampu memanfaatkan situasi siapa yang memanfaatkan ketergantungan dalam menghadapi daya saing yang makin ketat, ujar Gede Sudibia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement