REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah membentuk konsorsium kelompok kerja yang melibatkan berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi untuk mengendalikan dan menanggulangi penyakit demam berdarah dengue.
"Konsorsium itu menggabungkan para ahli dengue untuk melakukan pemetaan dan sinergi riset," kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kemarin.
Pada simposium "Integrating Research and Action on Dengue", ia mengatakan untuk menanggulangi penyakit demam berdarah dengue akan dilakukan dengan pendekatan "One Health" yang digulirkan oleh WHO. "Penanganan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kolaborasi multidisiplin dan multisektor. Jadi, tidak hanya satu bidang ilmu tetapi juga multipendekatan bidang ilmu karena penyakit itu bersifat zoonotik," katanya.
Meskipun belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegah virus tersebut, kata dia, pemerintah bersama perguruan tinggi dan rumah sakit terus berupaya melakukan pengendalian penyakit demam berdarah dengue. "Upaya sanitasi, pembasmian sarang nyamuk di area populasi, dan meningkatkan peran dokter dan perawat dalam pengobatan di puskesmas dan rumah sakit terus dilakukan," katanya.
Dekan Fakultas Kedokteran UGM Teguh Aryandono mengatakan beberapa peneliti fakultas telah melakukan riset dalam bidang tersebut dan bekerja sama dengan beberapa lembaga riset di luar negeri seperti Australia dan Prancis. Pengembangan diagnosis dari aspek klinik juga terus dilakukan.
"Simposium itu dimaksudkan sebagai wahana untuk mengetahui perkembangan terkini dan saling tukar pikiran untuk memecahkan masalah terkait dengan penyakit dengue, baik dari aspek pencegahan, pengendalian vektor, diagnosis maupun penanganan pasien demam berdarah dengue," katanya.