REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ratusan masjid milik ormas keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) atau masjid yang dikelola warga NU di Jawa Timur terancam disusupi paham radikal.
"Modus pengambilalihan itu bermacam-macam, mulai mencoba menyusup menjadi pengurus takmir, sampai memaksakan paham lain agar dianut di masjid NU itu," kata Ketua PW Lembaga Takmir Masjid NU (LTMNU) Drs KH Fuad Anwar MSi di Surabaya, Jumat (29/11) malam.
Data PW LTMNU mencatat masjid-masjid NU yang terancam itu rata-rata di kota besar, seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, Jember, dan Madiun. "Awalnya, mereka menjadi makmum di shaf terdepan, lalu menjadi tukang azan dan lama-kelamaan masuk menjadi pengurus takmir, kemudian mempengaruhi agar tidak pakai qunut," katanya.
Selanjutnya, shalat tarawih minta "diskon" dan beduk pun hilang. "Lama-lama masjidnya yang hilang," kata mantan Ketua Umum LPSNU Pagar Nusa Pusat itu. Menurut dia, kondisi itu tidak bisa dibiarkan agar ancaman itu tidak menjadi kenyataan, maka pengurus PC LTMNU se-Jatim pun dikumpulkan dalam rapat koordinasi (Rakor) di kantor PWNU Jatim.
"Rakor dibuka oleh Ketua PWNU KH Mutawakkil Alallah dan dihadiri Ketua LTMNU Pusat, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Roziqi, dan ketua-ketua PC LTMNU se-Jatim," katanya.
Mantan Sekretaris PWNU Jatim itu mengatakan salah seorang narasumber rakor adalag Ketua Aswaja Center PWNU Jatim KH Abdurrahman Navis Lc. "Salah satu misi LTMNU adalah 'salamatan fiddin' yaitu menyelamatkan masjid NU dari rongrongan paham Islam transnasional atau paham lain di luar paham Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) yang dianut NU," katanya.
Ia menambahkan misi LTMNU lainnya agar masjid NU menjadi "maghfirah bakdal maut" dengan memantapkan kebiasaan tahlil dan yasinan sehingga warga yang sudah mati terus menerus mendapat ampunan.