REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Memanasnya hubungan politik bilateral antara Indonesia dan Australia tidak akan berpengaruh cepat terhadap perkembangan dunia pariwisata Bali maupun perdagangan ekspor nonmigas daerah ini ke negeri tetangga tersebut. Demikian kata pengamat Dewa Nyoman Putrawan.
Dewa, pengamat dan praktisi pariwisata Bali, di Denpasar, Rabu, mengemukakan bahwa berfluktuasinya hubungan antarnegara bertetangga itu sudah sering terjadi. Tetapi, masyarakatnya tetap saja melakukan aktivitas seperti biasa yakni melakukan perjalanan wisata ke Bali.
Para pengusaha pariwisata tampaknya tidak akan terpengaruh terhadap situasi tersebut dan tetap akan melakukan pelayanan kepada tamunya yang datang. ''Mereka, dari mana pun datangnya, tetap dianggap sebagai raja,'' katanya.
Ia mengatakan bahwa masyarakat internasional umumnya sudah profesional dalam menangani dirinya sendiri, termasuk membuat perencanaan untuk melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Jadi, orang Australia tidak akan terpengaruh terhadap situasi tersebut.
Pemerintah Australia sering mengingatkan masyarakatnya untuk tidak melakukan perjalanan ke Indonesia akibat hubungan hubungan bilateral kurang harmonis. Tetapi, tetap saja turis dari Negeri Kanguru itu berlibur ke Pulau Dewata.
''Banyak hal mengapa turis Australia yang terbanyak dari masyarakat dunia lainnya yang datang berlibur ke Bali,'' kata Dewa Nyoman. ''Antara lainnya berkat kedekatan wilayahnya serta faktor keamanan dan kenyamanan selama di Pulau Dewata terjamin.''