Jumat 29 Nov 2013 07:37 WIB

Dinkes Pesawaran Dirikan Posko Demam Berdarah

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Djibril Muhammad
Kampanye DBD
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Kampanye DBD

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Padang Cermin dan Sukajaya, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, makin meluas. Setelah seorang warga meninggal, hingga Jumat (29/11) pagi, pasien DBD terus silih berganti berdatangan ke rumah sakit.

 

Pihak Dinas Kesehatan (Diskes) Pesawaran, terpaksa mendirikan posko pengaduan di dua desa tersebut, agar warga yang terkena suspect (terduga) DBD segera melapor dan mendapat tindakan dini dari petugas yang berjaga.

 

Sekretaris Diskes Pesawaran, Widodo, sudah memrintahkan membuka posko pengaduan untuk memudahkan warga Desa Padangcermin dan Sukajaya, Kecamatan Waykhilau, melaporkan dan mendapat tindakan medis.

 

Rudi Khaerudin, warga Hanura, mengatakan posko kesehatan sudah berdiri di desanya. Menurut dia, masih terdapat warganya yang dirawat di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung terdata tiga orang, Rumah Sakit Detasemen Khusus Tentara dua orang.

Kondisi pasien rawat inap ini silih berganti karena ada yang pulang dan masuk dirawat. "Sudah banyak warga yang berobat ke puskesmas kemudian dirujuk ke rumah sakit umum. Keluhannya demam panas, sakit kepala, dan muntah-muntah," kata Rudi, Jumat (29/11).

 

Posko kesehatan warga ini, dilengkapi fasilitas mobil ambulans, tenaga perawat, dan pengecekan darah. Bila pasien mengalami rendah trombosit, langsung dirujuk ke rumah sakit.

 

Data yang dikumpulkan, kasus DBD di Kabupaten Pesawaran meningkat cukup signifikan. Pada tahun 2012  tercatat 60 kasus DBD, tahun 2011 61 kasus, tahun 2010 50 kasus. Sedangkan tahun 2013 pada Januari-November 2013, tercatat 195 kasus.

Jumlah ini 40 kasus DBD terjadi pada dua pekan lalu, dan satu korban meninggal dunia atas nama Amar (9 tahun), warga Desa Hanura, Padangcermin. Sedangkan tiga tahun sebelumnya, tercatat tiga orang meninggal dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement