Jumat 29 Nov 2013 07:26 WIB

Belum Ada Varietas Padi yang Tahan Hama Penggerek

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Djibril Muhammad
Petani membawa bibit padi untuk ditanam di persawahan.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani membawa bibit padi untuk ditanam di persawahan.

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melansir sampai saat ini belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama penggerek batang. Padahal, varietas yang sudah digunakan para petani jumlahnya mencapai ratusan.

Dengan begitu, petani harus berusaha keras untuk menyelamatkan tanamannya dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut.

Peneliti Puslit Bioteknologi LIPI, Amy Estiati, mengatakan, belum adanya variates yang tahan terhadap hama ini sudah diketahui pemerintah. Jadi, peneliti dari Kementerian Pertanian juga telah melansir belum ada satupun varietas yang tahan hama penggerek batang.

Meskipun begitu, pihaknya saat ini sedang melakukan penelitian terhadap 5 ribu mutan dari gen tanah (gen cry atau bakteri thuringiesis). "Gen ini, akan terus teliti sampai dia tahan terhadap serangan hama," ujarnya, Kamis (28/11).

Amy mengaku, dengan kondisi ini semua varietas yang telah dipergunakan petani sangat rawan terhadap serangan hama penggerek. Oleh sebab itu, petani perlu bekerja esktra untuk menjaga tanamannya supaya tak terserang hama.

Saat ini, ia melanjutkan, LIPI baru meneliti varietas yang tahan terhadap perubahan iklim. Yakni, varietas yang tahan terhadap musim kemarau. Adapun varietasnya, yakni Lipigo 1 dan Lipigo 2. Dua varietas padi ini, telah disosialisasikan ke petani.

Wilayah yang sudah menggunakan varietas itu, seperti, Kabupaten Merauke, Lampung Timur dan Sukabumi. Tiga wilayah tersebut, banyak area tadah hujannya. Maka, varietas yang cocok yakni yang tahan terhadap musim kering.

Varietas ini, hasilnya cukup menggembirakan. Untuk Lipigo 1, rata-rata hasil produksinya mencapai 4,45 ton gabah kering giling (GKG) per hektare. Tapi, varietas ini potensinya cukup tinggi mencapai 8,18 ton GKG per hektare.

Sedangkan, varietas Lipigo 2 rata-rata hasil produksinya 5,17 ton GKG per hektare. Sedangkan, potensinya mencapai 8,15 ton GKG per hektare. Kedua varietas ini, daya hasilnya tinggi dan juga toleran terhadap kekeringan.

"Kini, kami akan merilis varietas tahan kering lainnya, yaitu Lipigo 3. Tinggal menunggu surat keputusan (SK) dari kementerian saja," ujarnya.

Sementara itu, Ijam Sujana (50 tahun), petani asal Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat, mengaku, setiap musim petani selalu dipusingkan dengan serangan hama. Terutama, penggerek batang padi.

Apalagi, di musim peralihan dari kemaraui ke hujan. Serangan hama ini akan meningkat dan sporadis. "Kami sudah berupaya keras untuk membasmi hama. Tapi, hasilnya masih nihil," ujarnya.

Jika serangan hama ini berat, maka padi petani terancam puso. Kalaupun serangannya rendah, gabah petani terancam turun harga. Sebab, tengkulak tidak mau membeli gabah dengan harga tinggi, bila sisa diserang hama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement