REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bercita-cita agar industri kelapa sawit bisa berjaya. Tak hanya untuk pasar domestik tetapi juga pasar internasional.
Menurutnya, industri kelapa sawit bisa menjadi industri yang kuat, berdaya saing, dan berkelanjutan. Namun, ia mengingatkan untuk mencapai hal tersebut tidak bisa hanya diupayakan oleh pemerintah.
Setiap pemangku kepentingan memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
“Untuk menuju ke situ, mari berbagi tugas dan tanggung jawab,” katanya saat membuka konferensi minyak sawit Indonesia ke-9 di Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/11).
Untuk ranah pemerintah, tugas dan tanggung jawabnya sangatlah jelas yakni menyiapkan regulasi, perizinan, dan mengundang investor. Pemerintah juga harus bertanggung jawab terhadap iklim investasi yang baik dan kepastian hukum.
“Jangan bikin regulasi yang aneh-aneh yang bertentangan dengan pemerintah pusat. Pemerintah juga berkewajiban untuk meningkatkan infrastruktur, membikin iklim investasi lebih baik dan adanya kepastian hukum. Hukum tidak boleh timbulkan lautan kecemasan sehingga pemerintah dan pengusaha tidak bisa bergerak,” katanya.
Untuk tugas dan tanggung jawab pengusaha tak lain meningkatkan produktvitas dan efisensi. Presiden juga meminta dunia usaha untuk mengeluarkan anggaran untuk riset, pengembangan dan inovasi. Menurutnya, perusahaan di Indonesia kurang memberikan perhatian untuk kegiatan riset, pengembangan, dan inovasi.
“Jangan hanya menggantungkan pemerintah, di negara lain riset dan development serta inovasi lebih banyak dilakukan swasta sendiri,” katanya.
Ia pun menyinggung peran LSM dan media massa untuk melakukan kontrol dan kritik terhadap apa yang dilakukan pemerintah dan dunia usaha.
“Kalau kurang bagus katakan dan kemudian akan bercermin. Dan setelah dikritik, maka kepada civil society agar menjelaskan perubahan yang dilakukan,” tutur SBY.