REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengaku untuk tetap berhati-hati menaikkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menyusul naiknya tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).
"Kalau dinilai wajar dan sesuai kondisi pasar maka dinaikkan, tapi sangat selektif dan tergantung besaran kredit. Dalam dua bulan terakhir suku bunga sudah naik 50--100 bps," kata Direktur BTN Mansyur S Nasution di Jakarta, Rabu (27/11). Ia menambahkan perseroan menawarkan suku bunga tetap 8,99 persen selama dua tahun kepada pengembang tertentu.
Sementara itu, Direktur Utama BTN Maryono menambahkan penaikan BI rate tidak membuat kredit bermasalah. (NPL) BTN meningkat karena hampir 41 persen merupakan kredit bersubsidi dengan suku bunga tetap 7,25 persen.
"Karena BI rate NPL justru turun. Kalau naik bukan karena BI rate, lebih karena 'baloning system'. KPR yang non subsidi juga tidak semuanya naik. Kondisi saat ini juga masih cukup baik," kata dia.
Ia juga mengatakan bahwa BTN tetap berkomitmen dalam strategi bisnis melakukan pembiayaan perumahan dengan mempertahankan pangsa pasar sebesar 94 persen.
Dalam upaya meningkatkan kinerja, perseroan akan melakukan tiga transformasi yakni transformasi bisnis, kultur dan infrastruktur. "Transformasi bisnis dengan membentuk 'engine' baru. Jadi, bagaimana nantinya perseroan mendapatkan nasabah baru yang sifatnya korporasi. Kemudian kultur, yakni mengubah 'skill' karyawan dalam mengembangkan penjualan dan 'leadership'. Dan, infrastruktur dengan mengembangkan teknologi jaringan dan layanan," jelasnya.