Rabu 27 Nov 2013 19:52 WIB

84 Mahasiswa Dari Enam Negara Sambangi Surabaya

Surabaya
Foto: surabaya.or.id
Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 84 mahasiswa dari enam negara yang tergabung dalam delegasi "AEON Asia Eco-Leader" mengunjungi Kota Surabaya, Rabu (27/11), untuk belajar mengenai pengelolaan sampah di Kota Pahlawan.

"Kondisi jalan di Surabaya jauh lebih bersih dibandingkan dengan Jakarta. Untuk ukuran kota besar, kota ini sangat bersih dan nyaman," kata Sekjen AEON Moto Tomomura di ruang sidang Wali Kota Surabaya, Rabu (27/11).

Para mahasiswa tersebut datang dari Ciina, Jepang, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan tentu saja Indonesia selaku tuan rumah. Tomomura mengatakan AEON merupakan korporasi perusahaan bermarkas di Jepang yang memiliki jaringan di beberapa negara.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk jaringan AEON wajib menyisihkan 1 persen dari total revenue untuk kegiatan-kegiatan di bidang sosial, kultur dan lingkungan.

Tomomura juga menyebut Kota Surabaya sangat terkenal di Jepang, utamanya dalam bidang lingkungan, karenanya dia langsung memutuskan menjadikan Surabaya sebagai salah satu kota yang dikunjungi delegasi AEON Asia Eco Leader.

"Tujuan kunjungan ini adalah fokus mendalami tentang pengelolaan lingkungan. Saat ini kami akan menaruh fokus pada manajemen sampah serta kebijakan pemerintah kota dalam mendukung terciptanya lingkungan yang sehat," katanya.

Asisten II Sekretaris Kota Surabaya M. Taswin serta Kepala Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Surabaya Chalid Buhari, yang didaulat menyampaikan materi lebih banyak mengupas upaya-upaya pemkot menjadikan Surabaya kota berwawasan lingkungan.

Chalid mengatakan cerita sukses perubahan Surabaya tidak lepas dari tiga hal utama, yakni pengelolaan sampah, pemberdayaan masyarakat, dan pemanfaatan sampah menjadi energi alternatif.

"Surabaya memulai langkahnya di bidang lingkungan dengan meminimalkan sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA), caranya dengan menerapkan semboyan 3R (reduce, reuse, recycle) atau bisa diartikan mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang," katanya.

Upaya-upaya tersebut mulai membuahkan hasil seperti halnya bisa dilihat dari grafik volume sampah yang masuk ke TPA dari tahun ke tahun selalu menurun. Tampaknya, kata Chalid, masyarakat juga mulai sadar akan pentingnya mengelola sampah secara benar.

Bahkan, melalui sejumlah pelatihan, warga mulai bisa mandiri dan kreatif menghasilkan produk-produk hasil daur ulang. "Hasil penjualan produk bisa mencapai Rp72 juta per bulan," katanya.

Taswin menambahkan banyak program berwawasan lingkungan yang sudah dijalankan pemkot, di antaranya rumah kompos dan pembangunan IPAL.

Selain itu, kesadaran lingkungan juga mulai ditanamkan sejak dini yakni melalui program eco-school. Saat ini, jelas Taswin, sudah ada 1.560 sekolah yang berkomitmen dalam gerakan eco-school.

Setelah di Balai Kota Surabaya, para rombongan AEON Asia Eco Leader bergerak mengunjungi Superdepo Sutorejo, Rumah Kompos Wonorejo, dan kampung lingkungan Jambangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement