REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Susilo Utomo menilai pemilihan raya (pemira) yang digelar Partai Keadilan Sejahtera belum tentu mendongkrak elektabilitas partai.
"Sebenarnya, pemira dan konvensi itu dalam istilah politik sama saja. Kalau melihat peta politik Tanah Air sekarang, tujuannya juga sama, yakni untuk pemilu legislatif," katanya di Semarang, Rabu (27/11).
Ia mengibaratkan, pemira yang digelar PKS sama dengan konvensi capres yang digelar Partai Demokrat. Tujuannya, agar elektabilitas partai politik terdongkrak dalam pileg.
Menurut pengajar FISIP Undip itu, kepentingan parpol melakukan penjaringan capres, baik lewat konvensi mau pun pemira, untuk menghadapi pileg. Bukan pemilihan presiden dan wakil presiden.
Parpol, kata dia, masih terlalu dini untuk menetapkan capres secara final sebelum pemilu legislatif. Sebab perolehan suara dalam pemilu legislatif akan memengaruhi langkah politik, termasuk kemungkinan koalisi dengan parpol lain.
Ia menjelaskan, capres yang dihasilkan parpol lewat konvensi atau pemira belum tentu akan diusung dalam pilpres. Sehingga lebih dimaksudkan mendongkrak citra parpol untuk kepentingan pemilu legislatif.
"Seperti Demokrat yang menggelar konvensi. Demokrat menyadari bahwa citra parpol akhir-akhir ini terpengaruh oleh kasus korupsi yang menjerat kadernya sehingga perlu untuk memperbaiki citra," katanya.
Caranya, kata dia, memang bisa ditempuh lewat pengusungan sosok capres yang diterima baik oleh masyarakat. Sehingga setidaknya ada harapan masyarakat sedikit melupakan citra negatif parpol.
Demikian pula dengan PKS yang sebelumnya dikenal sebagai parpol yang jujur. Tetapi citranya kemudian terpuruk gara-gara kasus suap impor daging sapi.
"PKS perlu memperbaiki citranya sebagai parpol jujur sebagaimana awalnya. Caranya, ya salah satunya dengan pemira untuk memunculkan figur-figur capres yang sesuai dengan harapan kader," katanya.
Namun, kata dia, pemira bukan berarti bisa mendongrak elektabilitas dan perolehan suara PKS dalam pileg. Sebab ada banyak faktor yang menentukan, salah satunya tergantung figur capres yang akan terpilih.
"Terdongkraknya elektabilitas PKS juga bergantung bagaimana bisa membangun kembali keyakinan kepada publik bahwa mereka adalah parpol jujur. Ya, tergantung bagaimana PKS bisa meyakinkan publik," kata Susilo