REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, menjadi pemimpin Indonesia bukan hal yang mudah. Siapapun yang berniat memimpin negara ini, disarankannya untuk menemu psikiater terlebih dahulu.
"Yang mau pimpin Indonesia harus ke psikiater dulu. Karena tantangannya tidak ringan memimpin negara ini," kata Prabowo saat menjadi pembicara pada Seminar Seminar Dewana Guru Besar Universitas Indonesia (UI) di Aula Fakultas Kedokteran UI, Salemba, Jakarta, Rabu (27/11).
Menurut dia, setidaknya ada empat tantangan besar yang dihadapi calon pemimpin Indonesia ke depan. Pertama, menipisnya sumber daya energi.
Dia menjelaskan, cadangan energi Indonesia terancam habis untuk 12 tahun ke depan. Beberapa cadangan energi yang ada, bahkan telah digadaikan dan dijual kepada asing.
Tantangan kedua, ledakan penduduk yang semakin tidak terkendalikan. Setiap tahun, penduduk Indonesia bertambah sebaanyak 1.5 hingga 2 persen dari total populasi 243 juta jiwa penduduk.
"Ini kumpulan manusia setiap tahun sama besarnya dengan penduduk Singapura. Tiap tahun Indonesia bisa menghasilkan negara sebesar Singapura," ujar mantan danjen Kopassus itu.
Tantangan ketiga, lanjut Prabowo, sistem pemerintah yang lemah, tidak efisien, dan korup. Jika dibandingkan dengan Cina dengan populasi 1.2 miliar orang terbagi atas 33 daerah otonom.
Satu pemerintah daerah memerintah 34 juta jiwa. Sementara di Indonesia, untuk mengelola 243 juta penduduk, terdapat 502 pemerintah daerah otonom. Setiap pemerindah daerah di Indonesia dibebani biaya rutin seperti belanja dinas, mobil dinas, biaya perjalanan, dan pengeluaran rutin lainnya.
"Jadi negara ini memikul biaya rutin 4.5 juta birokrat. Padahal negara tetangga sangat efisien," kata dia.
Alih-alih meningkatkan pembangunan, DPR sebagai wakil rakyat disebutnya memperparah sistem pemerintah yang tidak efisien tersebut.
Dengan menyetujui pembentukan beberapa provinsi baru dan delapan kabupaten/kota baru. Padahal infrastruktur seperti jalan raya, rumah sakitt, pabrik, sekolah tidak diperhatikan."Kita harus akui negara kita sedang sakit," ujar Prabowo.