Rabu 27 Nov 2013 07:44 WIB

Penyebab Keracunan Massal di Riau Terus Diselidiki

Keracunan massal (ilustrasi)
Foto: Antara
Keracunan massal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Jajaran Polres Indragiri Hilir, Provinsi Riau, melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab keracunan massal yang menimpa sekitar 236 warga. Satu di antara para korbannya meninggal dunia di Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau.

Kapolres Inhil AKBP Suwoyo dihubungi dari Pekanbaru, Selasa (26/11), mengatakan pihaknya sudah memintai keterangan sejumlah saksi terkait kasus keracunan massal itu. "Sudah ada pemeriksaan kepada juru masak dan panitia," kata Suwoyo, seperti dilaporkan Rabu (27/11).

Ratusan warga mulai mengalami gejala keracunan pada Senin (25/11) setelah sehari sebelumnya mengikuti kegiatan Yasinan Akbar di Gedung Majelis Taklim Mambaul Hikmas Desa Kembang Mekar Sari, Kecamatan Keritang, Inhil. Gejala yang muncul yaitu kepala pusing, mual, muntah, dan diare.

Korban meninggal bernama Ulfa Rahayu (14) sempat menjalani perawatan di Puskesmas Kotabaru sebelum akhirnya meninggal dunia pada Selasa (26/11) sekitar pukul 10.00 WIB.

Menurut Suwoyo, kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan dan berpotensi menjadi perkara pidana karena mengakibatkan hilang nyawa terhadap korban. Untuk mengetahui penyebab pasti keracunan, lanjutnya, Pihak Puskesmas sudah mengirimkan sampel makanan ke RSUD Tembilahan.

Menurut dia, peserta acara itu diikuti pelajar dan warga sekitar. Dari jumlah korban 236 orang, sebanyak 65 orang sampai kini masih dirawat insentif di Puskesmas setempat karena harus diinfus. Sedangkan, sebanyak 171 orang sisanya menjalani rawat jalan.

Ia mengatakan, pada saat acara yasinan, panitia membagikan makanan nasi rames yang dimasak pihak panitia. Ia menambahkan, Puskesmas Kotabaru sudah mendirikan Posko untuk mengobati masyarakat yang mengalami keracunan makanan. "Semoga saja kasus ini bisa diungkap dan pelaku yang lalai akan dikenai hukuman," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement