Senin 25 Nov 2013 23:58 WIB

Badai Pasir Landa Kawasan Puncak Gunung Slamet

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Musim pancaroba seringkali menyebabkan bencana angin kencang. Namun ternyata, angin kencang ini tidak hanya terjadi di dataran rendah wilayah pemukiman warga saja. Tapi juga di puncak Gunung Slamet.

"Kalau di puncak Gunung Slamet, kondisinya sudah mirip badai. Angin kencang bahkan sampai menerbangkan kerikil material vulkanik yang ada di area non vegetasi puncak Slamet," kata Koordinator Basarnas wilayah Jateng selatan bagian Barat, Rudi Setiawan, Senin (25/11).

Menurut dia, kondisi badai di Puncak Slamet ini, sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Bahkan pada Ahad (25/11) malam, badai yang terjadi berupa hujan deras dan angin kencang.

Petugas Pos Pemantau Gambuhan, Pemalang, Sugeng Riyadi, menyebutkan badai pasir yang muncul di puncak Gunung Slamet, biasanya tidak berlangsung terlalu lama. Umumnya, badai hanya terjadi sekitar 15 menit hingga 1 jam.

Meski demikian ia menyebutkan, badai yang muncul tersebut dapat menerbangkan debu pasir dan kerikil yang ada di puncak gunung. Akibat kondisi ini, jarak pandang menjadi sangat pendek, tidak lebih dari satu meter. "Selain itu, kalau mata kemasukan debu juga bisa berbahaya," katanya.

Terkait kondisi di puncak tersebut, pihak Pemkab yang wilayahnya menjadi pos pemberangkatan pendakian, belum mengambil kebijakan menutup pendakian. "Saya tidak punya wewenang menutup pendakian. Yang punya wewenang Pemkab," katanya menjelaskan.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Pemkab Purbalingga, Prayitno, mengaku belum mendapat informasi soal adanya badai di puncak Slamet. Karena itu, sejauh ini pihaknya juga belum mengambil kebijakan menutup jalur pendakian dari pos Bambangan.

"Kita akan mencari tahu dulu bagaimana kondisinya. Tapi kalau memang berbahaya, maka kita bisa saja menutup jalur pendakian," katanya.

Meski demikian, pada masa musim pancaroba seperti sekarang, dia meminta agar pendaki yang akan mendaki Gunung Slamet agar lebih berhati-hati.

"Kalau mendaki di musim penghujan seperti sekarang, temperatur udara di puncak Slamet biasanya memang tidak terlalu dingin. Namun bahayanya juga lebih besar, karena jalur pendakian menjadi licin dan kemungkinan terjadinya badai," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement