REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta menjelaskan perbedaan antara pemilihan raya (pemira) yang diterapkan partainya dan konvensi dalam menjaring calon presiden.
"Jelas bedanya. Kalau dalam konvensi yang berkompetisi adalah elite, sementara kita di PKS (pemira) justru kebalikannya," katanya di Semarang, Senin (25/11).
Anis menjelaskan sistem dalam pemira memberikan kesempatan kepada kader yang memiliki dinamikanya sendiri untuk menentukan siapa kira-kira figur pimpinan partai politik yang layak ditetapkan sebagai capres.
Sekarang ini, diakui Anis, memang ada tuntutan yang sangat kuat dari kalangan akar rumput PKS, khususnya para kader agar PKS segera menetapkan capres sebelum pemilihan umum legislatif.
"Sebelumnya, kita memang punya keputusan di majelis syuro yang lama bahwa capres baru ditetapkan setelah pemilu legislatif. Tapi, tuntutan mereka (kader) ditetapkan sebelum pemilu legislatif," ujar Anis.
Karena itu, ia mengatakan segera mengakomodasi tuntutan dari para kader PKS di akar rumput untuk menentukan capres, tetapi bukan dalam bentuk konvensi sebagaimana parpol lain, melainkan dalam bentuk pemira.
"Kalau dalam pemira, dari para kandidatnya sendiri tidak ada kampanye di dalam. Jadi, jelas ya bedanya. Kalau ini (pemira) grassroot, kalau ini (konvensi) pertarungan elite," kata Anis.
Yang akan dilibatkan dalam pemira adalah semua kader PKS di seluruh daerah, termasuk mereka yang bukan menduduki jabatan sebagai pengurus, tetapi sudah tercatat sebagai kader partai.
Ditanya mekanisme penyaluran aspirasi kader dalam pemira, ia menjelaskan seluruhnya sudah diatur dalam sistem, termasuk Lembaga Pelaksana dan Penokohan Kader (LPPK) PKS sebagai lembaga internal independen.
"Yang terpenting bagi saya sebagai Presiden PKS, ini adalah salah satu sistem demokrasi internal yang kita terapkan dalam pemira, berbeda dengan sistem yang ada dalam partai-partai lain," lugas Anis.