Senin 25 Nov 2013 15:42 WIB

Endriartono: Australia Lebih Banyak Bergantung pada Indonesia

Endriartono Sutarto (tengah)
Foto: Antara
Endriartono Sutarto (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menilai dalam banyak hal Australia lebih banyak bergantung dengan Indonesia, seperti dalam keamanan teritorial.

"Ancaman terhadap Australia tidak mungkin datang dari arah Selatan. Di Selatan itu adanya hiu. Hiu kan tidak mengancam," katanya usai "Dialog Kebangsaan Mencari Pemimpin Indonesia" di Semarang, Senin (25/11)..

Menurut dia, ancaman terhadap Australia justru berpotensi datang dari arah Utara, misalnya ada negara lain yang mau menyerang Australia pasti melewati Indonesia yang berada di sebelah utaranya.

Oleh karena itu, kata dia, Australia memiliki kepentingan besar untuk menjalin hubungan baik dengan Indonesia, sebab jika hubungan kedua negara memburuk justru akan merugikan bagi Negeri Kanguru.

"Kalau buruk (hubungan Indonesia-Australia -red.), maka Indonesia dengan mudah akan digunakan oleh negara lain yang punya kepentingan terhadap Australia yang tentunya merugikan negara tersebut.

Endriartono mengatakan langkah yang dilakukan Pemerintah RI sejauh ini sudah betul dalam menyikapi insiden penyadapan yang dilakukan oleh Australia, seperti memanggil pulang duta besar di Australia.

Berkaitan dengan surat balasan Perdana Menteri Australia Tony Abbot yang sudah diterima Persiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia menegaskan bahwa Australia harus menyatakan permintaan maafnya.

Tunggu saja perkembangannya, kata dia, selama Pemerintah Australia tidak memberikan respons yang cukup atas permintaan Pemerintah RI maka pemerintah berkewajiban mengambil langkah lebih tegas.

"Kalau tidak segera direspons baik atau tidak segera meminta maaf atas tindakannya yang melanggar atau ilegal maka hubungan kedua negara akan makin buruk, makin buruk, dan makin buruk," katanya.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menerima surat balasan dari PM Australia Tony Abbot pada Sabtu (23/11) lalu, saat sedang berada di Bali untuk melakukan kunjungan kerja.

"Presiden sedang mempelajari surat PM Abbot," kata Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu malam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement