Ahad 24 Nov 2013 21:00 WIB

Yusril: Posisi Partai Islam Tidak Menguntungkan

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Citra Listya Rini
Yusril Ihza Mahendra
Yusril Ihza Mahendra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Syura DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra memandang partai Islam berada dalam kondisi sulit. Ia menilai partai Islam menghadapi situasi yang berat dalam menghadapi dunia perpolitikan ke depan.

"Inilah suatu zaman di mana kekuatan politik Islam berada dalam posisi yang tidak menguntungkan," kata Yusril dalam acara diskusi Inilah Demokrasi bertema 'PBB dan Masa Depan Politik Neo-Masyumi' di Jakarta, Ahad (24/11). 

Yusril melihat dari sisi kesinambungan historis ideologi modernisme Islam. Ia mengatakan, selama lebih dari tiga dekade pemerintahan Orde Baru (Orba) berkembang tidak hanya antikomunis, tapi juga antipolitik Islam. Yusril menyebut terbangun doktrin-doktrin di kalangan militer atau pun masyarakat, bahaya laten itu tidak hanya di kelompok ekstrim kiri, tapi juga kanan.

Menurut Yusril, citra seperti itu tidak mudah untuk terhapus atau hilang. Sehingga kelompok Islam ini seperti dianggap ingin mendirikan negara Islam. Selain berasal dari domestik, muncul juga pandangan dunia internasional. Ia mengatakan, ada pandangan sesudah runtuhnya komunisme akan ada konflik baru antara Barat dengan Islam. 

"Celakanya setelah naik George Bush (Presiden Amerika Serikat), Islam itu dilihat satu sisi. Islam identik dengan terorisme, ekstrimis yang melawan kepentingan Barat di manapun," ujar Yusril.

Yusril mengatakan pandangan itu berbeda ketika Masyumi masih hidup. Menurut dia, pada masa itu, negara Barat menjadikan kelompok Islam modernis sebagai sekutu politik. Karena menilai kelompok Islam itu juga prodemokrasi dan antikominis, serta antikediktatoran. 

"Sesudah era Bush, Islam dilihat satu sisi melawan kepentingan Barat dan tidak lagi menjadikan sebagai sebuah sekutu," lugas Yusril.

Disampaikan Yusril, citra politik kelompok Islam yang dibangun media Barat sangat buruk. Mantan Menteri Kehakiman itu menilai pencitraan itu juga memengaruhi kehidupan berpolitik di Indonesia. Inilah yang menyebabkan posisi partai Islam tidak menguntungkan. Bukan hanya itu, Yusril menilai, dari sisi intelektual juga partai Islam tidak diuntungkan. 

Pada era 70-an, ia menyebut, sempat berkembang pemikiran 'Islam yes, partai politik Islam no'. Dikatakan Yusril, itu membuat keadaan politik Islam semakin tidak menguntungkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement