Jumat 22 Nov 2013 07:47 WIB

Alat Pemantau Aktivitas Merapi Ditambah

Rep: Yulianingsih/ Red: Djibril Muhammad
Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta
Foto: Antara/ Wahyu Putro
Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta akan menambah alat pemantau aktivitas Gunung Merapi pascaletusan freatik Senin (18/11) lalu.

Penambahan alat ini dilakukan agar BPPTKG bisa memantau jika ada gejala akan adanya letusan freatik lagi.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo mengatakan, letusan freatik Merapi sudah terjadi tiga kali pascaerupsi 2010.

Namun, pihaknya tidak bisa memantau gejala terjadinya letusan tersebut, karena alat pemantau yang ada hanya mengamati pergerakan magma saja. Sementara letusan freatik terjadi karena aktivitas gas bukan magma.

"Karenanya kita tambah alat pemantau yang sifatnya memantau pergerakan permukaan dan deformasi (kecembungan)-nya," katanya, Kamis (21/11).

Meski begitu, rencana penambahan alat yang telah diagendakan pada Rabu (20/11) masih belum dapat teralisasi. Tim yang dibentuk belum dapat melakukan pendakian karena buruknya cuaca di puncak Merapi.

Dari pengamatan yang dilakukan, rencana pengiriman tim ekspedisi ke Puncak Merapi kemungkinan baru dapat dilakukan dalam beberapa hari ke depan. "Kita menunggu cuaca cerah baru kita kirim tim," katanya.

Selain penambahan alat pemantau, pihaknya juga akan pengambilan sampel material sisa letusan freatik pada 18 November silam. Sampel tersebut akan menjadi bahan penelitian untuk mengetahui langkah-langkah yang harus diambil terkait dengan aktivitas gunung itu.

Mengenai rekahan sepanjang 230 meter akibat dari letusan freatik, Senin lalu, Subandriyo mengatakan, secara teknis tidak memberikan efek apapun terhadap aktivitas gunung tersebut.

Rekahan itu, ia mengatakan, hanya mempermudah masuknya air ketika hujan turun di puncak Merapi. Secara teknis keberadaan lubang tersebut justru bisa bersifat positif karena dapat berfungsi membantu mengurangi adanya akumulasi tekanan panas dari dapur magma.

Rekahan tersebut mengurangi sumbatan dari magma yang menjadi penahan tekanan dari dalam perut Merapi karena berada di bagian tengah sumbat magma. Jika terjadi guguran material dari kubah, ada kemungkinan rekahan tersebut secara alami akan tertimbun kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement