REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Direktur Utama PT JTT (Jogja Tugu Trans) Bambang Sugiharto mengakui selama ini gaji pramudi dan pramugara/ pramugari PT JTT tidak pernah naik.
"Karena itu tuntutan kenaikan gaji Kru PT JTT Wajar," kata dia pada wartawan usai mengikuti audiensi Serikat Pekerja Paguyuban Kru PT JTT dengan DPRD DIY, di Gedung DPRD DIY, Kamis (21/11).
Ia mengatakan PT JTT sebagai operator pemeritah untuk melayani masyarakat di bidang transportasi.
Selama ini PT JTT dibayar pemerintah dengan BOK per kilometer Rp 4.145 dan itu merupakan biaya kotor, belum termasuk dipotong pajak. BOK tersebut termasuk komponen gaji, solar, dan sparepart.
Menurut Bambang, BOK tersebut tidak proporsional karena tidak sesuai dengan kenyataannya. Misalnya untuk biaya solar, PT JTT harus nombok sekitar 107 juta.
"Di BOK itu untuk solar dihitung hanya habis 69 liter per bus per hari, tetapi realisasinya rata-rata 82 liter per hari. Karena hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan. Jadi kekurangannya 13 liter per hari per bus," katanya menjelaskan.
PTT JTT sebagai operator pemerintah harus bisa mengatur BOK untuk karyawan, solar, sparepart sehingga tidak sangat mungkin gaji karyawan naik.
"Kalau suatu ketika gaji karyawan dinaikkan, sedangkan biaya untuk operasional kendaraan dikurangi , bus cepat rusak dan akhirnya tidak jalan. Lalu siapa yang menggaji karyawan," kata Bambang mempertanyakan.
Oleh sebab itu dia berharap semua yang terkait dengan BOK termasuk anggota dewan memahami hal ini dan tidak hanya secara teoritis.