Kamis 21 Nov 2013 15:25 WIB

Priyo: Sikap Indonesia-Rusia Senada Soal Penyadapan

Priyo Budi Santoso
Foto: Antara/Wahyu Putro
Priyo Budi Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengatakan parlemen Indonesia dan Rusia mempunyai sikap senada dalam menanggapi tindak penyadapan yang dilakukan suatu negara terhadap negara lain.

"Penyadapan dalam dunia diplomasi merupakan kesalahan fatal karena menyangkut martabat dan kehormatan suatu negara. Sikap parlemen Indonesia dan Rusia seirama, kami mengecam aksi penyadapan yang dilakukan Amerika dan Australia," kata Priyo seperti dilansir laman resmi DPR di Jakarta, Kamis (21/11).

Pernyataan tersebut Priyo  sampaikan saat menerima Wakil Ketua Parlemen Rusia Nikolai Levichev di Gedung Nusantara III DPR. Levichev didampingi Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin. Ia mengatakan sampai sekarang belum ada penjelasan resmi dan lengkap dari Australia yang bisa diterima dengan baik oleh Indonesia.

"Bahkan, pernyataan Tony Abbott tidak menyelesaikan masalah dan tidak minta maaf. Sikap Perdana Menteri Australia itu tidak ksatria untuk ukuran seorang negarawan," ujar Priyo.

"Menurut saya, seorang Perdana Menteri otomatis menanggung tanggung jawab pemerintahan, meskipun ada masalah yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya," lanjutnya.

Terkait dengan Edward Snowden, sosok penting di balik informasi penyadapan itu, Wakil Ketua Parlemen Rusia Nikolai Levichev menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin melindungi hak hidup Snowden.

Pesan Putin kepada Snowden, seperti dikutip dari keterangan Levichev, agar ia tidak membuat masalah baru dengan Amerika karena bagaimanapun Rusia tetap ingin menjaga hubungan baiknya dengan Amerika.

"Itu yang bisa dilakukan Rusia agar tidak merusak hubungan dengan Amerika," kata Levichev.

Selanjutnya, Priyo mengatakan Snowden berada di Rusia, dan paspornya sudah dicabut oleh Amerika. "Ia (Snowden) dipastikan ada di Rusia. Dan sekarang didampingi oleh lawyer (pengacara) top di Rusia," ungkap Priyo.

Edward Snowden adalah mantan pegawai kontrak di Badan Keamanan Nasional Amerika yang pertama kali membocorkan kepada dunia internasional soal aksi penyadapan yang dilakukan oleh Amerika dan Australia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement