REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) tengah membangun enkripsi yang lebih canggih untuk mencegah penyadapan yang dilakukan oleh negara lain terhadap pejabat Indonesia.
"Enkripsi adalah sebuah instrumen di alat komunikasi dan tidak mudah dideteksi, dan sedang dibuat oleh sandi negara," kata Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, di Kantor Badan Intelijen Strategis (BAIS), Jakarta, Rabu (20/11).
Menurut Moeldoko, satu-satunya cara untuk melakukan kontra intelijen adalah dengan membangun enkripsi yang lebih kuat."Satu-satunya cara ya seperti itu. Dan harus dibuat di sini bukan dari luar," ujarnya.
TNI juga mengikuti perkembangan isu penyadapan tersebut. Oleh karena itu yang terbaik dalam membangun kemampuan pertahanan adalah memperkuat diri agar tidak mudah dilihat oleh negara lain.
Ketika ditanya apakah BAIS sudah mengetahui penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia, Panglima mengatakan bahwa penyadapan-penyadapan ini tak hanya dilakukan kepada Indonesia, tapi bisa dilakukan kepada negara lain, meski itu sarat dengan teknologi.
"Semua baru tahu setelah pelaku kuncinya mengeluarkan informasi itu. Saya kira kondisinya seperti itu," kata Moeldoko.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menambahkan, semua pejabat negara perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya penyadapan yang dilakukan negara lain.
"Kita perlu membuat peralatan yang lebih canggih, salah satunya enkripsi. Enkripsi ini jangan dibangun dari luar, tetapi harus dibangun di negeri sendiri. Kalau buatan luar, akan tersadap lagi," katanya seraya mengatakan peralatan yang ada akan dievaluasi kembali.