Rabu 20 Nov 2013 19:37 WIB

Teknologi Antisadap Karya Indonesia Bernama 'Bandros'

Rep: Maspril Aries/ Red: Heri Ruslan
Gelombang deteksi alat sadap (ilustrasi)
Foto: ©South Florida Security Consulting
Gelombang deteksi alat sadap (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  PALEMBANG --- Penyadapan terhadap Presiden Republik Indonesia dan sejumlah menteri seharusnya tidak terjadi andai ada yang peduli terhadap teknologi antisadap. Indonesia ternyata sudah sejak lama memiliki teknologi tersebut.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta, Rabu (20/11) kepada wartawan mengatakan, Indonesia sudah memiliki teknologi antisadap sejak beberapa tahun silam.

Teknologi tersebut, kata dia, murni karya anak bangsa yang tergabung dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia  atau LIPI. Namun karya program anti adap itu belum dipergunakan secara optimal oleh pemerintah dan dunia usaha.

Akibat kita yang abai terhadap teknologi antisadap, maka negara tetangga bisa dengan bebasmelakukan aksi sadap terhadap pejabat penting di negara ini," ujarnya.

Menristek mengharapkan teknologi antisadap karya anak bangsa tersebut  dapat segera digunakan. “Ini penting agar kejadian penyadapan seperti yang oleh Australia dapat ditekan sekecil mungkin,” tuturnya.

Program teknologi antisadap yang dikembangkan LIPI tersebut terbukti cukup andal dalam mengantisipasi sadapan. “Program tersebut diberi nama Bandung Raya Operating System atau Bandros. 

Kini LIPI masih terus mengembangkan teknologi terkait dengan anti sadap dengan mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi yang cenderung berkembang sangat cepat. 

"Ini kita lakukan agar tidak tertinggal,” kata Menristek.

Pihaknya mengingatkan bahwa Indonesia perlu terus waspada dan selalu antisipasi terhadap aksi penyadapan dari pihak mana pun karena aksi-aksi kejahatan seperti penyadapan pasti akan terus dilakukan pihak-pihak luar.

“Untuk itu Indonesia harus antisipasi dan waspada untuk menutupi celah-celah dan kesempatan dari pihak luar untuk bertindak melakukan penyadapan. Selagi masih ada celah, akan terus terjadi. Jerman yang negara canggih saja masih bisa disadap,” kata Gusti Muhammad Hatta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement