REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) telah berupaya mengantisipasi kondisi cuaca ekstrem yang mengganggu aktivitas kapal di Selat Sunda selama beberapa hari terakhir.
"Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan untuk memperlancar pelayaran, kami telah melakukan berbagai persiapan dalam menghadapi cuaca ekstrem belakangan ini," kata Manager Usaha Pelabuhan Merak PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Utama Merak, Nana Sutisna, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut Nana Sutisna, persiapan yang telah dilakukan yakni dengan mengoperasikan minimal 26 dan maksimal 28 kapal setiap harinya. Selain itu, ujar dia, bongkar muat kapal di pelabuhan dioptimalkan agar keterlambatan waktu kedatangan kapal bisa disikapi dengan hal tersebut.
"Kami juga mempersiapkan tug boat yang selalu on-call membantu pelayaran jika sewaktu-waktu ada kapal yang gagal sandar," katanya.
Ia juga mengatakan, koordinasi juga dilakukan dengan pihak-pihak terkait seperti KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan), OPP (Otoritas Pelabuhan Penyeberangan), Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan) dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)
untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut dia, dengan adanya cuaca ekstrim ini, waktu berlayar kapal menjadi lebih lama dari biasanya. Waktu pelayaran kapal yang normalnya hanya 2 jam, namun kini pelayaran dapat memakan waktu 3 - 4 jam karena kapal berlayar lebih lambat dari biasanya dan kapal juga sulit bersandar di dermaga.
"Biasanya waktu sandar bisa jauh lebih lama karena kapal kesulitan merapat ke dermaga, hal itu disebabkan karena ombak dan angin yang cukup kencang," ungkap Nana.
Namun, Nana mengaku dermaga tersebut tetap dipergunakan untuk mengantisipasi antrean truk di pelabuhan.