Selasa 19 Nov 2013 20:29 WIB

November, Yogyakarta Diprediksikan Terjadi Deflasi

Rep: Heri Purwata / Red: Djibril Muhammad
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim Pengendalian Inflasi DIY (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta memprediksikan pada November 2013 di Yogyakarta akan terjadi deflasi.

Hal itu menyusul harga-harga komoditas pokok di Kota Yogyakarta hingga 18 November 2013 banyak yang mengalami penurunan.

Demikian diungkapkan Ketua Tim Teknis TPID DIY, Djoko Raharto kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (19/11). Jika terjadi inflasi diprediksikan sangat kecil. "Perkiraan inflasi bulan ini pada kisaran -0,25 - 0,15 persen," kata Djoko.

Djoko menjelaskan, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang terbesar terjadinya deflasi pada November ini. Komoditas tersebut antara lain, cabai-cabaian sejalan dengan meningkatnya pasokan cabai di pasar Kramat Jati Jakarta, bawang putih, telur ayam broiler, daging ayam, dan gula pasir.

Sedang komoditas yang harganya terpantau meningkat adalah bawang merah dan minyak goreng. Harga bawang merah meningkat karena produk bawang merah DIY yang kualitasnya bagus banyak dikirim ke daerah lain dengan harga yang lebih menarik. Harga minyak goreng, peningkatan disebabkan pasokan agak berkurang.

Khusus untuk beras, Djoko menjelaskan, harga stabil karena didukung stok yang berlimpah. Stok beras di Bulog Drive DIY sebesar 22.170 ton, cukup untuk penyaluraan Raskin sampai dengan lima bulan ke depan.

Sesuai dengan informasi Bulog sampai dengan akhir November 2013 sudah tersalurkan Raskin sebanyak 58.498 ton dari rencana penyaluran sebanyak 64.880 ton untuk 288.391 Kepala Keluarga. "Raskin tersebut dipandang mampu turut serta menjaga kestabilan harga beras di DIY," katanya.

Pada kelompok makanan jadi, juga ada kecenderungan sedikit penurunan harga, sejalan dengan penurunan harga kelompok bahan makanan dan juga penurunan permintaan.

Selanjutnya, pada kelompok transportasi dan komunikasi dipastikan harganya menurun. Pada November ini atau memasuki bulan Muharam, kegiatan hajatan sudah berkurang jauh. Hal ini berdampak pada pengurangan permintaan, termasuk menurunnya permintaan pada jasa penerbangan.

Secara keseluruhan pada bulan November ini tekanan terhadap harga-harga turun dengan beberapa faktor penyebab.

Pertama, tekanan permintaan jauh berkurang sejalan dengan berkurangnya kegiatan hajatan. Kedua, dari sisi penawaran, pasokan terjaga. Ketiga, ekspektasi masyarakat terhadap harga juga menurun, sebagaimana tercermin pada survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement