Ahad 17 Nov 2013 10:49 WIB

Polwan Ini Ingin Menghadap Kapolri dengan Jilbab

Kombes Desy Andriyani
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kombes Desy Andriyani

Oleh Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, Belum diaturnya seragam jilbab untuk Polwan di lingkungan Polri tidak menjadikan perempuan perwira menengah ini minder. Dengan jilbab, Komisaris Besar Desy Andriyani tetap percaya diri bertugas sebagai wakil Polri untuk berhubungan dengan kepolisian dari mancanegara. 

Ibu dua anak itu berjilbab semenjak ulang tahun Polwan pada Awal September 2010. Momen ini dirasanya paling pas untuk mengukuhkan niat teguhnya untuk berjilbab.

“Saya bismillah,” ujar Desy, kepada Republika beberapa waktu lalu. Ada pun yang memberinya inspirasi untuk berjilbab ialah anaknya. Dia ingin anaknya tampil berbusana Muslimah. “Bagaimana mungkin saya mengajarkan menutup aurat, sedangkan saya masih mengumbar aurat,” ujarnya.

Penerjemah Utama Divisi Hubungan Internasional Polri, Komisaris Besar Polisi Desy Andriani, mengaku tidak ada yang luar biasa dari penampilannya. Ketika bertugas di Kepolisian ASEAN atau ASEANAPOL, dia pernah dianggap sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI). 

Jebolan Sespim Polri pada 2008 ini diperiksa petugas imigrasi dan bea cukai di bandara. “Bagi saya itu biasa,” ujarnya dengan pakaian abu-abu kepada Republika.

Jilbab baginya bukan penghalang, justru sebagai pendukung kariernya. Jilbab juga diyakininya sebagai pelindung bagi diri sendiri.

Setiap kali menghadiri pertemuan, Desy selalu terhindar melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip agama. "Tidak ada cipika-cipiki dengan yang bukan mahram, tidak ada wine dan minuman beralkohol,” katanya tegas menggelengkan kepala.

Desy pernah dalam sebuah pertemuan dipersilakan menyicipi wine. Kemudian dia langsung menolaknya. “That is not my tradition,” ujarnya. Meskipun menolak, Desy tetap dihormati sebagai tamu. Desy kemudian menikmati minuman nonalkohol yang disediakan.

Menurutnya, gaya seperti itu bukan berarti tidak menghormati orang lain. Sikapnya, menurut Desy, adalah ketegasan akan keyakinan yang tertanam dalam sanubari. Islam mengajarkan tidak boleh mengonsumsi yang memabukkan karena haram hukumnya.

“Saya pegang prinsip itu,” ujarnya. Keyakinan itu pun semakin mantap tertanam semenjak dirinya mengenakan jilbab.

Penerima tanda jasa SL Kesetiaan 16 TH ini menyatakan, berjilbab merupakan pilihan yang menurutnya harus dihargai dan dihormati. Peserta SESPIM Dikreg Angkatan 46 ini memiliki satu cita-cita. Dia ingin menghadap Kapolri dengan memakai seragam dan berjilbab. “Saya membayangkan itu,” katanya.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement