REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Hewan yang tengah dibangun di kawasan Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), pembangunannya sudah mencapai 90 persen. Dipastikan, rumah sakit hewan pertama yang dimiliki Provinsi Jabar ini, akan rampung awal 2014.
Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar, selain untuk mengobati hewan yang sakit, rumah sakit hewan akan dijadikan sebagai hospital tourism untuk perhewanan.
"Rumah sakit hewan itu, akan kami jadikan 'hospital tourism' untuk hewan. Jadi, yang datang ke sana bukan hanya hewan sakit saja," ujar Deny kepada Republika, Jumat (15/11).
Menurut Deny, rumah sakit hewan ini memang unik. Sebba, memberikan layanan untuk hewan yang akan dijadikan daging dan hewan-hewan sehat yang akan dipelihara kesehatannya.
Setelah selesai membangun rumah sakit besar untuk hewan, Pemprov Jabar pun akan membangun Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan).
Prinsipnya, Puskeswan ini akan dibangun perwilayah. Minimal, di setiap kabupaten atau kecamatan ada satu Puskeswan.
Setelah Puskewan tersebut ada di semua daerah, kata dia, maka nantinya sistem pengobatan hewan pun bisa diberlakukan system rujukan.
Jadi, sebelum ke rumah sakit hewan yang besar, hewan sakit bisa diperiksa di Puskeswan dulu. "Saat ini, Puskeswan yang kami miliki sudah banyak sekitar 40 Puskeswan," katanya.
Sementara menurut Kepala Dinas Peternakan Jabar Koesmayadi Tatang Padmadinata, sampai saat ini pembangunan rumah sakit hewan tersebut terus menunjukan progres yang baik. Pembangunan, berjalan terus, saat ini atapnya sudah naik.
Pelayanan yang diberikan rumah sakit hewan ini, kata dia, akan memadukan tiga layanan sekaligus yakni aktif, pasif, dan semi pasif.
Menurut dia, di DPRD Jabar sempat ada penolakan karena beranggapan RSH seperti layaknya rumah sakit untuk manusia.
"Jadi rumah sakit hewan ini beda dengan rumah sakit manusia, jangan disamakan dengan rumah sakit manusia. Kan kalau rumah sakit manusia itu pasif, artinya pasien yang sakit yang datang ke rumah sakit, tapi kalau rumah sakit hewan berbeda," kata Koesmayadi.
Penanganan hewan yang sakit, kata dia, terutama hewan besar menurutnya juga tidak mungkin dilayani mobil Puskeswan keliling. Keberadaan rumah sakit hewan ini, untuk operasi-operasi besar dan penyakit berat. "Seperti kuda pacu kan tidak mungkin pengobatannya di mobil unit," katanya.
Sedangkan optimalisasi puskeswan sendiri menurutnya sampai saat ini sudah berjalan. Dari 22 puskeswan yang belum memiliki bangunan jumlahnya sudah makin bertambah karena sejumlah daerah berinisiatif mendirikan bangunan.
Rumah sakit ini, berada di atas lahan 8 ribu meter persegi. Menurut Koesmayadi, selama ini orang berpikir jika hewan peliharaannya seperti sapi sakit maka jalan terakhir untuk menyelamatkannya ialah dengan cara disembelih. Kalau ada rumah sakit hewan, sapi tersebut bisa diperiksakan dulu.
Oleh sebab itu, ia berharap adanya rumah sakit hewan tersebut secara tidak langsung dapat menyelamatkan kesejahteraan hewan dan meningkatkan produktivitas hewan ternak seperti sapi. Di Lembang saja, saat ini ada populasi sapi perah sebanyak 21 ribu ekor.