Rabu 13 Nov 2013 21:21 WIB

Keberlangsungan Industri Keramik Plered Terancam

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dewi Mardiani
 Kerajinan keramik dari tanah liat. (Prayogi/Republika)
Kerajinan keramik dari tanah liat. (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Industri kriya keramik asal Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, terancam. Pasalnya, bahan baku untuk kerajinan ini mengalami kesulitan. Perajin keramik, saat ini sulit mendapatkan bahan baku berupa tanah liat.

Sekda Purwakarta, Fadil Karsoma, mengatakan, bahan baku tanah liat mulai sulit diperoleh perajin. Karena, bahan baku tersebut dari tanah liat khusus. Di Plered, cuma ada di Desa Citeko saja. Kini, keberadaan tanah liat tersebut sangat sulit diperoleh warga. "Karena ketersediaan bahan bakunya menipis, maka kerajinan ini terancam," ujar Fadil, Rabu (13/11).

Padahal, lanjut Fadil, kerajinan keramik di Plered ini sudah berlangsung sejak 1904 yang lalu. Maka wajar, bila bahan baku kerajin ini mulai sulit. Sebab, kerajinan keramik sudah berumur 109 tahun.

Supaya, industri kerajinan ini tetap jalan, lanjut dia, pemerintah harus segera turun tangan. Yaitu, mencari solusi atas sulitnya bahan baku. Sebab, jika tak segera ditangani, kerajinan ini terancam hanya tinggal nama. Masa kejayaan keramik Plered, akan tinggal kenangan. "Kami sedang membahas untuk mencari solusinya," jelas Fadil.

Sementara itu, Sutarna (54 tahun), salah seorang perajin Keramik, asal Desa Citeko, Kecamatan Plered, mengatakan, selama ini para perajin sudah menggunakan tanah liat yang tersedia di Desa Citeko. Setiap hari, ribuan ton tanah dieksplorasi. Untuk memenuhi kebutuhan kerajinan kriya tersebut. "Lama kelamaan tanah tersebut akan habis," ujarnya.

Solusinya, sejak sekarang harus sudah ada tanah liat pengganti, selain dari Desa Citeko. Tentunya, bahan baku pengganti itu minimal kualitasnya harus sama dengan tanah di Citeko. Bahkan, jauh lebih bagus. Supaya, keramik yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang bagus juga. Kondisi ini, sudah dibicarakan dengan pemerintah setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement