REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah kecamatan di Kabupaten Sleman memiliki risiko tinggi terkena dampak dari bencana cuaca ekstrem seperti angin kencang, longsor, sambaran petir, dan banjir. Karena itu, pemerintah setempat meminta warga meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, sejumlah wilayah masuk rawan bencana angin kencang sampai puting beliung yakni diantaranya Sayegan, Mlati, dan Kalasan. Pada peristiwa angin kencang Oktober-awal November, BPBD mencatat ada 23 rumah rusak di wilayah Sleman. Rumah tersebut berada di Kecamatan Prambanan, Pakem, Turi, Minggir, Kalasan, dan Ngemplak.
Kerusakan terbanyak tercatat di wilayah Prambanan dengan 12 rumah rusak. Sebanyak 11 rumah rusak karena angin kencang yang terjadi pada Oktober lalu. Satu rumah mengalami rusak berat akibat angin kencang pada 3 November kemarin.
Untuk mengurangi risiko bencana angin kencang, BPBD menyebut warga dapat memangkas dahan pohon yang terlalu rindang dan memperhatikan papan reklame yang sudah keropos. Namun, dari catatan BPBD belum ada papan reklame yang rawan roboh di kawasan Sleman. "Kalau terjadi angin kencang, warga bisa masuk ke rumah dengan catatan rumah tersebut kuat," ujar Kepala BNPB Julisetiono Dwi Wasito ditemui di Sleman, Rabu (13/11).
Selain angin kencang, wilayah Prambanan rawan dengan bencana kekeringan. Mengantisipasi kekeringan ini, BPBD memberi bantuan solar untuk pompa air. "Kami sudah promosikan agar pihak swasta yang mau membantu tidak droping air, tetapi memberi solar dalam sikapi kekeringan. Itu agar masyarakat mampu mandiri dalam menghadapi bencana," ungkapnya.
Sejumlah wilayah di Sleman juga masuk rawan ancaman sambaran petir. BPBD menyebut sambaran petir pernah terjadi di Turi dan Ngemplak. "Warga harus menghindari titik-titik dimana sering terjadi sambaran petir," ujarnya. Sementara, wilayah yang rawan longsor di Sleman antaralain Prambanan, Gayam, Sumberharjo dan Wukir.
Saat memasuki musim penghujan, wilayah Sleman berpotensi mengalami banjir. BPBD menyebut wilayah rawan banjir di Sleman berada di Babatan Baru (Condong Catur) dan Santikara. "Banjir di wilayah itu biasa terjadi kalau curah hujan tinggi tapi untuk Santikara sekarang sudah bisa diatasi karena UGM sudah membuat embung," ujar Julisetiono.
Curah hujan tinggi pun berpotensi membuat genangan air di sejumlah titik dengan drainase yang tidak memadai. Titik genangan air di wilayah Sleman antara lain di depan Ambarukmo Plaza, selatan UNY, Seturan, dan barat Kentungan. "Genangan air tergantung curah hujan tetapi memang drainase di tempat itu tidak cukup menampung air," ujarnya.
Untuk penanggulangan bencara tersebut BPBD menganggarkan dana Rp300 juta. Dana itu termasuk untuk perbaikan rumah rusak. Menurut Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, sebanyak 11 rumah di Prambanan telah menerima bantuan dana perbaikan. BPBD menyalurkan bantuan sebesar Rp 18,6 juta untuk perbaikan 11 rumah tersebut.