REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --– Kehadiran media sosial kini dimanfaatkan berbagai pihak untuk beragam kebutuhan. Tidak terkecuali untuk kebutuhan kampanye partai politik. Ketua Forum Telematika Kawasan Timur Indonesia (KTI), Hidayat Nahwi Rasul, mengatakan media sosial berpotensi menjadi media pendidikan dan sosialisasi politik.
‘’Kehadiran media sosial saat ini meniadi alternatif media kampanye politisi dan menjadi tempat interaksi antara pemilih dan politisi,’’ ujar Hidayat dalam diskusi Peran Media Sosial Sosial dalam Meningkatkan Demokrasi Indonesia yang digelar Keluarga Komunikasi Universitas Hasanuddin, kemarin.
Hidayat mengatakan, dalam media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, dan lainnya, semua orang bebas berpendapat. Tak jarang, kata Hidayat, hal posisif maupun negative seseorang dibicarakan di media sosial tersebut.
Media sosial, kata dia, menjadi sebuah interaksi baru yang membuat ruang-ruang bagi masyarakat untuk saling berbagi, bercerita dan menyalurkan ide-idenya. ‘’Ini bagus, membuat kita tidak terkensan membeli kucing dalam karung,’’ ujarnya.
Jangkauan media sosial juga cukup luas dan cepat. Hal ini dimanfaatkan betul oleh politisi ataupun tim suksesnya untuk bersosialisasi. Apalagi, kata Hidayat, pengguna media sosial kebanyakan para wajib pilih. Kecepatan merespons dan kebebasan memasukkan pendapat tanpa batas, juga mendukung media sosial. Hidayat mengatakan, satu-satunya yang menghalangi interkasi di media sosial adalah faktor jaringan atau sinyal.
Dalam analisa Hidayat, sebuah kebohongan tidak pernah berlangsung lama di media sosial. Alasannya, karakter pengguna media jenis ini adalah prosumen. Artinya, dia memroduksi informasi sekaligus sebagai konsumennya. Kecepatan input-output informasi yang cepat dan dari berbagai arah itu, menurutnya akan menuju pada kebaikan dan kebenaran. ‘’Ini kemudian akan melahirkan trust dalam berkomunikasi,’’ ujar alumni Komunikasi Unhas ini.
Berbeda dengan pengelolaan media mainstream, Hidayat menyebut, informasi yang beredar di media sosial pun tidak tergantung dengan selera redaktur. Dosen komunikasi ini menyebut, tidak bisa menutup mata dengan adanya kepentingan pemilik media terkait pemberitaan apalagi yang berhubungan dengan politik saat ini.
Menurutnya, masa depan media sosial makin luas dan massif. Kini, tinggal mengemas konten yang muncul di media sosial. Untuk meningkatkan kualitas demokrasi, maka konten adalah hal utama yang harus diperhatikan oleh media sosial.