REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mempersilakan kalangan swasta yang besar untuk berlari. Sementara yang menengah dipersilakan berkembang dan yang kecil serta miskin harus dibantu. "Anda tidak bisa hidup mewah dan baik di tengah kemiskinan," ujar Prabowo, Senin (11/11).
Untuk itu, katanya, kader Partai Gerindra bukan politikus, melainkan pejuang politik. Yaitu, seorang prajurit dan pejuang demi rakyat, bangsa, serta negara melalui bidang politik.
Kepada seluruh kader, Prabowo menyatakan, Gerindra satu-satunya partai yang memiliki program tertulis hitam di atas putih. Dalam program, rakyat ditawarkan enam program transformasi bangsa.
Salah satu penekanan dalam program tersebut yang sangat diharapkan dari kader adalah program alokasi dana langsung APBN ke desa minimal Rp 1 miliar untuk satu desa tiap tahun.
"Ini minimal (alokasi), bisa lebih tentunya. Kalau katakan saja tiap desa di Indonesia menerima Rp 1 miliar tiap tahun dan seluruh Indonesia ada 80 ribu desa, maka yang dibutuhkan adalah hanya Rp 80 triliun rupiah," ucapnya.
Ia menjelaskan, selama ini Indonesia kehilangan potensi sumber daya uang sebesar seribu triliun rupiah. Terdiri dari potensi pajak Rp 360 triliun, efisiensi anggaran APBN sekitar 25 persen atau setara dengan Rp 500 triliun dan subsidi energi sebesar Rp 300 triliun.
Prabowo juga menekankan, kemakmuran butuh perdamaian yang bisa diwujudkan jika ada kerukunan. Namun, kerukunan tidak bisa terwujud jika masih ada kemiskinan.
"Kemiskinan dan kesenjangan sosial adalah penyebab segala pertikaian dan suasana gaduh dalam masyarakat. Kalau anak-anak muda usia produktif antara 18 hingga 35 tahun banyak yang menganggur dan tidak memiliki penghasilan di sisi lain ada segelintir orang yang hidup di tengah kemewahan, apa yang terjadi? Ya, Anda tahu sendiri akibatnya," kata Prabowo.
Karena itu, tambah dia, resep yang paling cocok untuk Indonesia adalah ekonomi jalan tengah. Yakni ekonomi pancasila atau ekonomi kerakyatan sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945.