Ahad 10 Nov 2013 19:39 WIB

Pengamat: Heli MI-17 Handal di Berbagai Medan

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Citra Listya Rini
Helikopter Mi-17 milik TNI AD.
Foto: Antara
Helikopter Mi-17 milik TNI AD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Helikopter MI-17 milik TNI AD mengalami kecelakaan di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu lalu. Pengamat penerbangan, Alvin Lie, tidak menyangka helikopter yang dibeli dari Rusia itu mengalami kecelakaan.

Alvin mengatakan, helikopter MI-17 tergolong baru dan digunakan di Indonesia kurang dari empat tahun. Ia menilai, helikopter jenis itu cukup handal. "Untuk pegunungan, padang pasir, segala bentuk medan tidak masalah," kata dia, saat dihubungi Republika, Ahad (10/11).

Mengenai kecelakaan di Malinau, Alvin belum bisa menyimpulkan. Namun, ia mengatakan, kecelakaan bisa terjadi karena beberapa faktor. Bisa masalah cuaca atau pun kendala teknis. Melihat kondisi medan yang berada di pegunungan dan dekat jurang, Alvin mengatakan, kondisi angin bisa memengaruhi helikopter.

"Kalau terjadi angin rotor atau angin yang bergerak ke bawah, itu helikopter tidak bisa naik," kata dia.

Namun, kondisi itu baru dugaan sementara Alvin. Ia mengatakan, untuk mengetahui secara pasti penyebabnya, jajaran TNI harus melakukan investigasi.

Alvin mengatakan, penyebab kecelakaan harus bisa diketahui secara pasti. Sehingga, bisa dilakukan perbaikan dan penyempurnaan prosedur sehingga kejadian serupa tidak kembali terulang.

Masalah helikopter jenis MI-17 ini memang bukan yang pertama kali. Pada Agustus lalu, pintu helikopter MI-17 jatuh di sekitar kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, saat tengah menjalani latihan rutin. Kemudian pada Oktober, helikopter dengan jenis yang sama mengalami pendaratan darurat di Distrik Okibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Mengenai yang terjadi di Papua, Alvin melihat terjadi karena kondisi cuaca. "Kalau karena cuaca, pilot sudah betul," kata dia.

Alvin mengingatkan, sistem perawatan harus menjadi perhatian. Ia mengatakan, hal itu juga harus dilakukan oleh personel yang berkualifikasi. Ia juga mengatakan, standard suku cadang harus diganti sesuai manual.

Ia juga mengingatkan kondisi bahan bakar yang dipergunakan. Karena bisa jadi ada yang terkontaminasi. "Jadi banyak unsur (yang harus diperhatikan)," ujar Alvin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement