REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta berpendapat, tidak sulit untuk memimpin Indonesia, asalkan orang yang memimpin tahu bagaimana mengurus kesepakatan.
"Pada dasarnya orang Indonesia mudah untuk sepakat. Oleh karena sifat dasar ini maka tidak terlalu sulit untuk memimpin negara ini," ujar Anis Matta saat berpidato di halaman Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Sabtu (9/11) kemarin.
Dia mengatakan, bangsa Indonesia mempunyai kepercayaan diri untuk menjadi bangsa besar. Pemilu tahun 2014 yang akan datang merupakan babak baru, dan diharapkan memiliki pemimpin yang mampu menciptakan Indonesia jaya. "Babak baru ini saya istilahkan dengan gelombang ketiga Indonesia," ujarnya.
Gelombang Indonesia yang pertama menurut Anis Matta adalah pada saat Indonesia menjadi sebuah bangsa dan negara. Sedangkan gelombang kedua yakni Indonesia menjadi negara yang modern. Gelombang kedua ini dimulai dari Orde Lama hingga orde reformasi.
"Saat Orde Lama ada demokrasi namun tidak ada pembangunan. Sementara Orde Baru ada pembangunan namun tidak ada demokrasi. Dan Orde reformasi ada pembangunan dan ada demokrasi," ujarnya.
Gelombang Indonesia yang ketiga adalah gelombang Indonesia baru, yakni orang mudanya lebih dominan. Orang-orang muda ini mempunyai pendidikan yang bagus dan pendapatan yang bagus.
"Inilah faktor utama yang akan mendongkrak Indonesia baru. Saya namakan dominasi orang-orang muda ini dengan 'The New Majority'. Harus ada orang yang mampu mengelola The News Majority ini," katanya.
Anis juga mengatakan, Indonesia ditakdirkan sebagai bangsa yang berjiwa besar. Orang yang berjiwa besar itulah yang disebut pahlawan. "Pada dasarnya Indonesia ini rumit namun harmonis. Kita lihat saja baju batik, betapa rumitnya namun harmonis," kata Anis.
Indonesia memiliki 300 etnis namun tetap harmonis karena faktor pengikatnya adalah Islam. "Islam mendahulukan kemanusiaan ketimbang kesukuan. Dengan sifat-sifat dasar Islam yang dimiliki Indonesia akan menjadi negara besar di dunia," kata Anis.
Dia menambahkan transisi demokrasi di Indonesia berjalan lancar karena nilai-nilai dasar Islam itu. "Bahkan negara-negara Arab saja gagal menjalankan demokrasi. Kita lihat Mesir, baru dua tahun berdemokrasi, kini kembali ke tirani," katanya.
Dalam kesempatan kunjungan ke Pulau Penyengat ini Presiden Anis Matta dan rombongan selain mengunjungi Masjid Sultan Riau juga ke Makam Raja Haji Fisabilillah dan keluarga kesultanan Riau Lingga.