Sabtu 09 Nov 2013 15:26 WIB

Indonesia Disadap AS dan Australia, LIPI: Tak Ada Teman yang Abadi

Rep: Ira Sasmita/ Red: Karta Raharja Ucu
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hubungan Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ganewati Wulandari mengatakan dugaan penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat dan Australia membuktikan tidak ada teman abadi dalam hubungan internasional.

Meski Indonesia memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan kedua negara tersebut, pencurian informasi secara diam-diam tetap terjadi.

Isu penyadapan yang menjadi isu internasional, menurut Ganewati, karena implikasi penyadapan bersifat masif. Sebab, menyangkut subyek yang disadap, dan hubungan antarnegara.

"Subyek penyadapan meliputi jutaan orang dan banyak negara. Ini mengakibatkan bahwa dalam konteks hubungan internasional menjadi goncangan. Karena ada persoalan trust, dan 'confident building' yang rusak," kata Ganewati dalam diskusi 'Sadap Bikin Tak Sedap' di Cikini, Jakarta, Sabtu (9/11).

Meski menimbulkan goncangan internasional, Ganewati menilai Indonesia harusnya tidak terlalu reaksioner dalam merespon isu penyadapan tersebut. Justru, penyadapan itu dijadikan titik balik bagi Indonesia untuk membenahi pengamanan data dan operasi intelejen dalam dan luar negeri.

Kementerian Luar Negeri mmenurutnya bersama-sama dengan lembaga intelejen negara meningkatkan upaya menangkal serangan dari pihak luar lewat kawat diplomasi. Dengan cara meningkatkan piranti elektronik yang lebih mumpuni, aturan legal formal yang lebih tegas, dan  meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam negeri.

"Bukan dengan pemutusan hubungan diplomatik. Tapi harus dielaborasi lagi, apa yang perlu ditinjau ulang dan perlu dipikirkan konsekuensi lebih lanjut," ujar Ganewati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement