REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan saat ini pemilih masih tergantung dengan figur bukan ideologi. Rakyat masih melihat siapa tokoh yang akan diusung.
Partai, Hamdi mengatakan, meski memiliki idelogi yang sama juga terpecah-pecah. Partai di Indonesia belum terkonsolidasi.
Sebagai contoh, ujar Hamdi, aliran sosialis itu terpecah menjadi PDIP dan Gerindra. Nasionalis ada Golkar dan Demokrat, sedangkan partai Islam ada PKB, PBB, PAN, PKS, PPP.
Ketika jumlah partai banyak, Hamdi menerangkan, masyarakat tidak bisa membedakan ideologi satu partai dengan partai lain. Political branding partai lemah, identitifikasi orang terhadap juga partai lemah.
"Ketika ideologi partai dan political branding partai lemah semua. Ciri partai menjadi tidak jelas, akibatnya pemilih tergantung figur yang diusung partai," kata Hamdi.