Jumat 08 Nov 2013 05:12 WIB

Inflasi Riau Tertinggi di Indonesia

Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Bank Indonesia (BI) menyatakan tingkat inflasi hingga awal triwulan IV-2013 tercatat mencapai 8,46 persen secara tahunan dan merupakan yang tertinggi sejak empat tahun terakhir.

"Dengan terjadinya kenaikan inflasi pada Kota Dumai dan Pekanbaru, maka inflasi Provinsi Riau gabungan dua kota tercatat naik dari 0,25 persen pada bulan September menjadi 0,86 persen di Oktober," kata Kepala BI Perwakilan Riau, Mahdi Muhammad, di Pekanbaru, Kamis.

Secara tahunan, inflasi yang terjadi di Provinsi Riau mencapai 8,46 persen atau merupakan yang tertinggi sejak empat tahun terakhir.

Ia menjelaskan, perkembangan inflasi Kota Pekanbaru pada Oktober 2013 kembali mengalami peningkatan. Terjadinya inflasi utamanya disebabkan oleh kenaikan inflasi bahan makanan bergejolak (volatile foods), yang didorong oleh peningkatan harga cabe merah.

Selain itu, masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah sampai dengan bulan Oktober, juga berdampak pada tingginya harga bahan baku makanan olahan tepung sehingga mendorong naiknya harga kelompok makanan jadi, seperti kue basah dan martabak di Kota Pekanbaru.

"Berdasarkan disagregasinya, meningkatnya tekanan inflasi utamanya bersumber dari meningkatnya inflasi Volatile Foods yakni harga cabe merah hingga mencapai 69,17 persen dari deflasi pada bulan September 2013 sebesar 40,27 persen," katanya.

Menurut dia, kondisi itu disebabkan oleh berkurangnya pasokan karena adanya gagal panen di daerah sentra produksi cabe merah, antara lain di daerah Solok Selatan (Sumatera Barat) dan Sumatera Utara. Komoditas lainnya yang turut menyumbang inflasi ialah komoditas beras yang mengalami inflasi sebesar 1,69 persen.

Kenaikan inflasi pada kelompok inti (core inflation) juga memberikan sumbangan yang berarti, yakni dari 0,57 persen (mtm). Kenaikan tersebut utamanya berasal dari komoditas kue basah dan martabak, masing-masing mengalami inflasi sebesar 28,59 persen dan 6,43 persen. Selain itu, komoditas lainnya pada kelompok inflasi inti yaitu komoditas mobil yang mengalami inflasi sebesar 2,47 persen.

Sedangkan, inflasi Kota Dumai pada bulan Oktober mengalami peningkatan dari 0,32 persen menjadi 1,17 persen (mtm). Dilihat dari disagregasinya, seluruh komponen inflasi berada di atas rata-rata historisnya dengan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok "Administered Price" yang tercatat meningkat dari 0,98 persen menjadi 1,48 (mtm).

Sementara, inflasi "volatile foods" dan inti di Kota Dumai masing-masing tercatat sebesar 1,41 persen dan 0,89 persen (mtm), dari 0,94 persen dan 0,98 persen.

Mencermati perkembangan ekonomi ke depan, lanjutnya, tekanan inflasi di Provinsi Riau pada bulan November diperkirakan akan menurun, yakni pada kisaran 0,03-0,2 persen (mtm).

Dengan demikian, inflasi bulan November 2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 8,42-8,60 persen secara tahunan (yoy).

"Beberapa hal yang dapat menyebabkan inflasi melambat adalah normalnya permintaan pasca hari raya Idul Adha," katanya.

Ia menambahkan, terdapat dua faktor yang berpotensi membawa inflasi pada batas atas kisaran proyeksi, di antaranya terbatasnya pasokan pangan akibat gangguan cuaca di daerah sentra produksi, dan nilai tukar yang belum menguat dan kembali ke posisi yang diharapkan pelaku usaha, sehingga memicu naiknya biaya bahan baku impor.

Sementara itu, beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi ke batas bawah proyeksi di antaranya adalah mulai stabilnya harga beras pasca hari raya Idul Adha, serta solusi dini (pre-emptive solution) Tim Pemantau Inflasi Daerah yang dihasilkan melalui koordinasi dengan berbagai instansi terkait.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement