Kamis 07 Nov 2013 23:59 WIB

Penyebaran HIV/AIDS di Jayapura Dinilai Mengkhawatirkan

Positif mengidap HIV (ilustrasi)
Positif mengidap HIV (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Wakil Wali Kota Jayapura, Nuralam, berpendapat laju penyebaran atau pun pertumbuhan penyakit HIV/AIDS di daerah tersebut sangat menghawatirkan, karena dalam data yang diperoleh dari KPA setempat, ibu kota Provinsi Papua itu berada di peringkat ke-dua setelah Kabupaten Mimika.

"Sebagai Ketua KPA kota dimana-mana saya selalu bicara masalah bahaya HIV/AIDS karena angka korbannya dari waktu ke waktu bertambah. Data dari KPA, jumlah yang sudah terjangkit di kota ini kurang lebih 7.000 orang dan yang datang memeriksakan diri lebih banyak yang sudah stadium tinggi," kata Nuralam di Kota Jayapura, Kamis (7/11).

Berdasarkan data yang dimiliki oleh pihaknya, usia yang paling terjangkit penyakit yang belum ada obatnya itu adalah kelompok usia produktif dengan umur 15 tahun hingga 49 tahun. "Kelompok umur ini diatas 70 persen, yang penyebabnya 99 persen karena hubungan seks," katanya.

Untuk itu pihaknya terus intens memberikan pelayanan terhadap orang dengan HIV/AIDS. "KPA Kota Jayapura telah menempatkan pusat kesehatan reproduksi dan setiap hari kerja dengan pelayanan yang memadai. Dan laporan dari sana jumlah yang datang dari waktu ke waktu banyak yang datang," katanya.

Nuralam juga mengakui pihaknya (KPA Kota Jayapura-red) kesulitan dalam mendata setiap penderita HIV/AIDS karena yang datang ke Rumah Sakit dan Puskesmas tidak semua ber-KTP Kota Jayapura. Namun dengan adanya Pusat Kesehatan Reproduksi tersebut sangat membantu dalam mendata.

"Kalau selama ini banyak warga masyarakat kita yang sembunyi-sembunyi untuk periksakan kesehatan tapi sekarang bisa datang konsultasi ke pusat kesehatan reproduksdi," katanya.

Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar rajin memeriksakan kesehatannya sehingga bisa mencegahnya gejala penyakit tersebut sedini mugkin. "Diharapkan ketika merasa ada potensi terjangkit penyakit HIV/AIDS, segera memeriksakan diri karena kalau masih stadium rendah bisa diobati dan masih dapat konsultasi dari dokter yang bertugas. Yang ditakutkan sudah stadium tinggi baru datang berkonsultasi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement