Kamis 07 Nov 2013 16:26 WIB

160 Ribu Ton Garam Cirebon Belum Terserap, Kualitas Rendah?

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Petani memanen garam (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani memanen garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Musim produksi garam di wilayah Cirebon (Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu), mulai berakhir. Hanya hingga kini sekitar 160 ribu ton garam di kedua daerah itu belum terserap.

 

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Supardi mengatakan, total stok garam di wilayah Cirebon itu diketahui berdasarkan monitoring dan evaluasi produksi garam 2013 oleh sejumlah kementerian pada 31 Oktober 2013 lalu.

 

Dari jumlah tersebut, stok garam dari Kabupaten Indramayu yang belum terserap sebanyak 78.204 ton. Sementara di  Kabupaten Cirebon, mencapai 81.419 ton.

 

‘’Kondisi itu terjadi karena petambak menahan garamnya untuk mendapat penawaran harga yang lebih tinggi (sesuai ketetapan pemerintah),’’ kata Supardi, Kamis (7/11).

 

Supardi menyebutkan, selama musim produksi 2013, penyerapan garam di Kabupaten Indramayu mencapai 10.366 ton. Sementara Kabupaten Cirebon, hanya 4.142 ton dengan kisaran harga Rp 300 – Rp 350 per kg.

 

Supardi menambahkan, penetapan harga dasar garam pemerintah belum mampu mendongkrak harga di tingkat petani. Kondisi itu  terjadi akibat adanya perbedaan kualitas garam antara petambak dengan pengepul.

 

Supardi mengatakan, berdasarkan monitoring mengenai kualitas garam di wilayah Cirebon beberap waktu lalu, diketahui bahwa 80 persen produksi garam berkualitas III, dan 20 persen berkualitas II. Sedangkan untuk kualitas I, belum ada yang mampu memproduksinya. ‘’Kualitas garam rendah itu dipengaruhi faktor anomali cuaca,’’ terang Supardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement