Rabu 06 Nov 2013 21:15 WIB

Di Banten, Masih Ada Madrasah Beratap Rumbia

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana belajar di Madrasah Diniyah (ilustras)
Foto: dangdutpantura.
Suasana belajar di Madrasah Diniyah (ilustras)

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Hiruk pikuk soal politik di Provinsi Banten sepertinya tidak memberikan dampak positif bagi perubahan kualitas pendidikan di wilayah itu.

Di tengah desas-desus korupsi yang marak di provinsi ini, sebuah sekolah bernama Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Huda seolah menegaskan adanya ketimpangan pendidikan di provinsi paling barat Pulau Jawa ini.

MI Al-Huda berada di Kampung Rancecet, Desa Rancapinang, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Yang menjadi ironi adalah madrasah yang berdiri sejak 2009 ini beratapkan rumbia dan daun kelapa kering.

Kondisi madrasah yang berada di wilayah Ujung Kulon ini semakin memprihatinkan ketika hujan turun dan atap rumbia tak mampu menampung derasnya curah air. Bangku dan kursi di ruang kelas juga jauh dari layak. Dinding bangunan terbuat dari anyaman bambu.

Menurut Kepala MI Al-Huda Wiwi Rustandi, madrasah ini hanya memiliki tiga lokal ruang kelas dan hanya berukuran 6 x 10 meter. Dari tiga lokal itu, hanya mampu menampung 78 anak didik.

Saat ini, madrasah yang dia pimpin hanya mempunyai 11 guru bantu biasa. “Sebelas itu yang sembilan guru mata pelajaran dan dua lagi hanya guru ekstrakurikuler,” ujarnya.

Hingga saat ini, Rustandi menggaji anak buahnya dengan mengandalkan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Meski mengandalkan dana BOS, ia tetap menggratiskan para siswanya.

“Dana itu untuk guru dan operasional semuanya. Guru di sini belum ada yang pegawai negeri sipil (PNS). Dan, yang mendapat sertifikasi juga belum ada,” terangnya.

Melihat keprihatinan ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), akhir pekan lalu, memutuskan memberikan bantuan dana untuk membangun ruang kelas baru beserta perlengkapannya.

Dana yang diberikan pun tak terlampau besar untuk pembangunan fasilitas infrastruktur pendidikan, hanya Rp 180 juta.

“Mudah-mudahan ini berkah bagi perjuangan kalian. Kita membawa bantuan Rp 180 juta. Ibaratnya, kita ini sebagai orang tua dari madrasah mempunyai kewajiban mengembangkan anak-anak madrasah,” kata Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag Nur Kholis Setiawan saat menyerahkan bantuan.

Ia mengatakan, media harus tetap memberikan informasi seperti ini bila ada madrasah yang masih jauh dari layak.

“Sebenarnya, ini tanggung jawab Kemenag dan pemerintah terkait. Untuk itu, setelah mendapat informasi dari media, kita langsung blusukan ke lokasi,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, letak MI Al-Huda cukup jauh dan menguras tenaga. Perjalanan ke sekolah ini harus ditempuh selama lima jam perjalanan darat dari Serang, ibu kota Banten. Kemudian, perjalanan dilanjutkan melewati medan Taman Nasional Ujung Kulon hingga sampai ke lokasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement